Kumpulan Dongeng Islami, Administrasi Dkm Bisa Memakmurkan Masjid Dan Jama'ahnya
kisah konkret islami, Masjid Jogokariyan; Manajemen DKM Mampu Memakmurkan Masjid Dan Jama'ahnya. dongeng konkret islami, kisah islami penuh hikmah, kumpulan dongeng islami, kisah cinta islami, dongeng islami inspiratif, dongeng teladan, artikel islami, dongeng konkret islami mengharukan
بِسْــــــــــــــــمِ اﷲِالرَّحْمَنِ اارَّحِيم
Nama Masjid ini tidak terdengar Islami, tapi pengurus Masjid mengklaim justru menamakan Masjid dengan nama kawasan lebih sesuai dengan Sunnah Nabi Muhammad SAW. Masjid Jogokariyan namanya. Arsitekturnya sederhana, tidak se ‘wah’ Masjid megah nan berlapis emas dengan arsitektur memukau. Pun tak sebesar Masjid lain di perkotaan yang dihiasi ornamen-ornamen memikat. Masjid Jogokariyan memang hanya Masjid kampung yang sederhana dengan dua lantai. Akan tetapi, soal administrasi dan kemakmuran rumah ibadah umat Islam, Masjid yang berlokasi di jalan Jogokariyan no. 36 Yogyakarta ini boleh dijadikan sebagai tempat studi banding.
Prinsipnya, “Jika pasar mengalahkan Masjid, maka Masjid akan mati. Jika Masjid mengalahkan pasar, maka pasar akan hidup.” Manajemen keuangan Masjid yang berjarak sekitar 30 menit dari kampus Universitas Gajah Mada menuju Parangtritis ini memang cukup unik. Saat tak sedikit pengurus Masjid yang mengumumkan saldo infak bernilai jutaan rupiah, Masjid Jogokariyan justru selalu berupaya supaya pada tiap pengumuman, saldo infak hanya setara nol rupiah. Alasannya sederhana, saldo yang sangat besar akan menyakiti dikala ada sebagian warga yang sakit namun tak bisa ke rumah sakit alasannya yaitu tak punya biaya, atau ada warga miskin yang tidak bisa bersekolah, dan sebagainya.
2. Gerakan Jamaah Mandiri
Awalnya, di tahun 2005 Masjid Jogokariyan mulai menginisiasi Gerakan Jama’ah Mandiri. Jumlah biaya operasional Masjid dihitung untuk satu tahun, kemudian dibagi 52 minggu. Angka ini kemudian dibagi lagi dengan kapasitas Masjid, maka didapatilah biaya per-tempat shalat. Angka terakhir ini kemudian disampaikan kepada para jamaah. Ternyata, kebutuhan operasional Masjid akan tertutupi bila setiap jama’ah mengeluarkan infak senilai Rp 1.500,- setiap Jumat. DKM mengumumkan bila jamaah bersedekah RP 1.500,- itu artinya ibadah mereka tidak disubsidi oleh DKM. Tapi bila kurang dari Rp 1.500,- itu sama artinya ibadah jamaah disubsidi oleh Masjid. Gerakan Jama’ah Mandiri ini berhasil menaikkan penerimaan infak Masjid hingga 400 persen. Pelaporan akuntabilitas keuangan Masjid yang transparan mengakibatkan jamaah tak sungkan beramal lebih dari Rp 1500,-.
Penerimaan dana itu tidak lantas dipakai untuk pembangunan Masjid, melainkan disalurkan melalui pengelolaan bisnis. Keuntungan bisnis tersebutlah yang pada jadinya menawarkan penghasilan bagi kemakmuran Masjid dan masyarakat sekitar. Dari bisnis itulah kemudian dibentuk aneka macam acara kemasyarakatan untuk masyarakat sekitar Jogokariyan. Misalnya acara umroh untuk empat jama’ah yang paling rajin Shalat berjama’ah di Masjid tersebut.
3. Ajakan Shalat Shubuh Memakai Undangan.
Satu hal yang cukup menarik, pengurus Masjid membagikan surat undangan, dengan bentuk yang benar-benar persis ibarat surat undangan pernikahan, berisi seruan untuk mendirikan shalat Shubuh di Masjid kepada setiap masyarakat di Jogokariyan. Undangan Shubuh ini dilanjutkan dengan program-program lain ibarat kuliah Shubuh, hingga acara sarapan gratis bagi jamaah yang Shalat Subuh dan pribadi melanjutkan acara di Masjid hingga tiba jam berangkat ke kantor. Sedangkan bagi anak-anak, DKM menyediakan uang jajan bagi bawah umur yang Shalat Subuh berjamaah dan melanjutkan acara di Masjid hingga jam berangkat sekolah tiba. Program ini disambut antusias oleh masyarakat Jogokariyan, sehingga jumlah jama’ah Shubuh di Masjid ini sangat ramai, mencapai setengah dari Jamaah Shalat Jumat.
Membuat data yang detail. Data base ini tidak hanya meliputi nama Kepala Keluarga dan warga, pendidikan, dan pendapatan. Akan tetapi, hingga pada siapa saja di antara warga yang telah menunaikan shalat dan yang belum, yang terbiasa berjama’ah di Masjid dan yang tidak, yang sudah berkurban dan membayar zakat di Baitul Maal Masjid Jogokariyan, yang aktif mengikuti kegiatan di Masjid dan belum, nama instansi tempat bekerja, dan seterusnya.
Membuat statistik. Data ini dibentuk sangat detail sehingga DKM Jogokariyan mengetahui bahwa dari 1030 KK atau setara dengan 4000-an penduduk, yang belum shalat sebanyak sekian orang. Data ini diperbaharui setiap tahun sehingga DKM bisa melihat tren perkembangan dakwah pertahun. Misalnya, pada 2010, jumlah warga yang tidak shalat sebanyak 17 orang, padahal pada tahun 2000 warga Jogokariyan yang belum shalat ada 127 orang. Dari sini, perkembangan dakwah selama 10 tahun sanggup dilihat.
Dipetakan dengan simbol. Data base yang diformulasikan dalam Peta Dakwah Masjid Jogokariyan itu dibentuk dengan memakai simbol-simbol. Gambar sejumlah blok di perkampungan yang rumah-rumahnya digambarkan dalam bermacam-macam warna membuktikan tingkat keakraban kampung tersebut dengan indikator-indikator Islam: hijau, hijau muda, kuning, dan seterusnya hingga merah. Juga simbol-simbol lain yang menggambarkan detail indikator syariah pada setiap rumah dalam sebuah ‘peta dakwah’.
Dari hasil sensus itu, segala kebutuhan kegiatan di Masjid Jogokariyan juga bisa dipesan dari jamaah. DKM Masjid Jogokariyan juga berkomitmen tidak menciptakan Unit Usaha supaya tak bersinggungan dengan jama’ah yang mempunyai bisnis serupa.
Dalam hal pelatihan terhadap generasi muda, acara yang tidak terlewatkan yaitu membangun huruf pemuda-pemudi yang tumbuh besar dan mengasihi Masjid. Remaja Masjid Jogokariyan (RMJ) yaitu satu organisasi dewasa Muslim yang bernaung di bawah DKM Jogokariyan. RMJ ini mempunyai banyak alumni dengan data yang tersusun rapi. Mereka tergabung dalam ikatan alumni Remaja Masjid Jogokariyan. Kegiatan yang dilakukan oleh dewasa Masjid Jogokariyan ini cukup intensif dan terorganisasi dengan baik, termasuk keberhasilan mereka mendatangkan pembicara-pembicara mulai dari tingkat lokal hingga tingkat nasional.
ﺳُﺒْﺤَﺎﻧَﻚَ ﺍﻟﻠَّﻬُﻢَّ ﻭَﺑِﺤَﻤْﺪِﻙَ ﺃَﺷْﻬَﺪُ ﺃَﻥْ ﻻَ ﺇِﻟﻪَ ﺇِﻻَّ ﺃَﻧْﺖَ ﺃَﺳْﺘَﻐْﻔِﺮُﻙَ ﻭَﺃَﺗُﻮْﺏُ ﺇِﻟَﻴْﻚ
“Maha suci Engkau ya Allah, dan segala puji bagi-Mu. Aku bersaksi bahwa tiada Tuhan melainkan Engkau. Aku mohon ampun dan bertaubat kepada-Mu.”
Sebarkan !!! insyaallah bermanfaat.
Sekian dulu sahabat sedikit membuatkan perihal Masjid Jogokariyan ini, semoga bermanfaat untuk mengakibatkan rujukan serta bisa mengambil pesan yang tersirat dri semua ini.
Sumber:
bimasislam.kemenag.go.id/post/berita/masjid-sebagai-pusat-peradaban-belajarlah-ke-jogokariyan
jadipintar dot com
kisah konkret islami penuh hikmahkisah konkret islami
بِسْــــــــــــــــمِ اﷲِالرَّحْمَنِ اارَّحِيم
Nama Masjid ini tidak terdengar Islami, tapi pengurus Masjid mengklaim justru menamakan Masjid dengan nama kawasan lebih sesuai dengan Sunnah Nabi Muhammad SAW. Masjid Jogokariyan namanya. Arsitekturnya sederhana, tidak se ‘wah’ Masjid megah nan berlapis emas dengan arsitektur memukau. Pun tak sebesar Masjid lain di perkotaan yang dihiasi ornamen-ornamen memikat. Masjid Jogokariyan memang hanya Masjid kampung yang sederhana dengan dua lantai. Akan tetapi, soal administrasi dan kemakmuran rumah ibadah umat Islam, Masjid yang berlokasi di jalan Jogokariyan no. 36 Yogyakarta ini boleh dijadikan sebagai tempat studi banding.
1. Shalat Jama'ah Dan Sistem Ekonomi
Bayangkan, jamaah Shubuh di Masjid ini separuh dari Jamaah Jum’at! Ramai sekali. Di dikala banyak Masjid yang sangat bergantung pada derma warga di sekitarnya, Masjid Jogokariyan malah tidak bergantung pada infaq dan shadaqah masyarakat. Bahkan, dengan administrasi yang profesional, keberadaan Masjid Jogokariyan justru membantu kehidupan ekonomi warga sekitar. Masjid Jogokariyan bisa mengakibatkan ekonomi berbasis Masjid sebagai pelopor ekonomi masyarakat.
Prinsipnya, “Jika pasar mengalahkan Masjid, maka Masjid akan mati. Jika Masjid mengalahkan pasar, maka pasar akan hidup.” Manajemen keuangan Masjid yang berjarak sekitar 30 menit dari kampus Universitas Gajah Mada menuju Parangtritis ini memang cukup unik. Saat tak sedikit pengurus Masjid yang mengumumkan saldo infak bernilai jutaan rupiah, Masjid Jogokariyan justru selalu berupaya supaya pada tiap pengumuman, saldo infak hanya setara nol rupiah. Alasannya sederhana, saldo yang sangat besar akan menyakiti dikala ada sebagian warga yang sakit namun tak bisa ke rumah sakit alasannya yaitu tak punya biaya, atau ada warga miskin yang tidak bisa bersekolah, dan sebagainya.
2. Gerakan Jamaah Mandiri
Awalnya, di tahun 2005 Masjid Jogokariyan mulai menginisiasi Gerakan Jama’ah Mandiri. Jumlah biaya operasional Masjid dihitung untuk satu tahun, kemudian dibagi 52 minggu. Angka ini kemudian dibagi lagi dengan kapasitas Masjid, maka didapatilah biaya per-tempat shalat. Angka terakhir ini kemudian disampaikan kepada para jamaah. Ternyata, kebutuhan operasional Masjid akan tertutupi bila setiap jama’ah mengeluarkan infak senilai Rp 1.500,- setiap Jumat. DKM mengumumkan bila jamaah bersedekah RP 1.500,- itu artinya ibadah mereka tidak disubsidi oleh DKM. Tapi bila kurang dari Rp 1.500,- itu sama artinya ibadah jamaah disubsidi oleh Masjid. Gerakan Jama’ah Mandiri ini berhasil menaikkan penerimaan infak Masjid hingga 400 persen. Pelaporan akuntabilitas keuangan Masjid yang transparan mengakibatkan jamaah tak sungkan beramal lebih dari Rp 1500,-.
Penerimaan dana itu tidak lantas dipakai untuk pembangunan Masjid, melainkan disalurkan melalui pengelolaan bisnis. Keuntungan bisnis tersebutlah yang pada jadinya menawarkan penghasilan bagi kemakmuran Masjid dan masyarakat sekitar. Dari bisnis itulah kemudian dibentuk aneka macam acara kemasyarakatan untuk masyarakat sekitar Jogokariyan. Misalnya acara umroh untuk empat jama’ah yang paling rajin Shalat berjama’ah di Masjid tersebut.
3. Ajakan Shalat Shubuh Memakai Undangan.
Satu hal yang cukup menarik, pengurus Masjid membagikan surat undangan, dengan bentuk yang benar-benar persis ibarat surat undangan pernikahan, berisi seruan untuk mendirikan shalat Shubuh di Masjid kepada setiap masyarakat di Jogokariyan. Undangan Shubuh ini dilanjutkan dengan program-program lain ibarat kuliah Shubuh, hingga acara sarapan gratis bagi jamaah yang Shalat Subuh dan pribadi melanjutkan acara di Masjid hingga tiba jam berangkat ke kantor. Sedangkan bagi anak-anak, DKM menyediakan uang jajan bagi bawah umur yang Shalat Subuh berjamaah dan melanjutkan acara di Masjid hingga jam berangkat sekolah tiba. Program ini disambut antusias oleh masyarakat Jogokariyan, sehingga jumlah jama’ah Shubuh di Masjid ini sangat ramai, mencapai setengah dari Jamaah Shalat Jumat.
4. Pemetaan Jamaah Shalat
Saat melaksanakan pelayanan dakwah kepada masyarakat, DKM Masjid Jogokariyan melaksanakan pemetaan yang detail sehingga mengetahui potensi dan kebutuhan, peluang dan tantangan, kekuatan dan kelemahan sebagai contoh dalam melaksanakan pelatihan keagamaan kepada masyarakat. DKM Jogokariyan melaksanakan “Sensus Masjid” sebagai data tahunan yang kemudian dikemas dalam bentuk data base bagi dakwah berbasis Masjid.
Membuat data yang detail. Data base ini tidak hanya meliputi nama Kepala Keluarga dan warga, pendidikan, dan pendapatan. Akan tetapi, hingga pada siapa saja di antara warga yang telah menunaikan shalat dan yang belum, yang terbiasa berjama’ah di Masjid dan yang tidak, yang sudah berkurban dan membayar zakat di Baitul Maal Masjid Jogokariyan, yang aktif mengikuti kegiatan di Masjid dan belum, nama instansi tempat bekerja, dan seterusnya.
Membuat statistik. Data ini dibentuk sangat detail sehingga DKM Jogokariyan mengetahui bahwa dari 1030 KK atau setara dengan 4000-an penduduk, yang belum shalat sebanyak sekian orang. Data ini diperbaharui setiap tahun sehingga DKM bisa melihat tren perkembangan dakwah pertahun. Misalnya, pada 2010, jumlah warga yang tidak shalat sebanyak 17 orang, padahal pada tahun 2000 warga Jogokariyan yang belum shalat ada 127 orang. Dari sini, perkembangan dakwah selama 10 tahun sanggup dilihat.
Dipetakan dengan simbol. Data base yang diformulasikan dalam Peta Dakwah Masjid Jogokariyan itu dibentuk dengan memakai simbol-simbol. Gambar sejumlah blok di perkampungan yang rumah-rumahnya digambarkan dalam bermacam-macam warna membuktikan tingkat keakraban kampung tersebut dengan indikator-indikator Islam: hijau, hijau muda, kuning, dan seterusnya hingga merah. Juga simbol-simbol lain yang menggambarkan detail indikator syariah pada setiap rumah dalam sebuah ‘peta dakwah’.
Dari hasil sensus itu, segala kebutuhan kegiatan di Masjid Jogokariyan juga bisa dipesan dari jamaah. DKM Masjid Jogokariyan juga berkomitmen tidak menciptakan Unit Usaha supaya tak bersinggungan dengan jama’ah yang mempunyai bisnis serupa.
Dalam hal pelatihan terhadap generasi muda, acara yang tidak terlewatkan yaitu membangun huruf pemuda-pemudi yang tumbuh besar dan mengasihi Masjid. Remaja Masjid Jogokariyan (RMJ) yaitu satu organisasi dewasa Muslim yang bernaung di bawah DKM Jogokariyan. RMJ ini mempunyai banyak alumni dengan data yang tersusun rapi. Mereka tergabung dalam ikatan alumni Remaja Masjid Jogokariyan. Kegiatan yang dilakukan oleh dewasa Masjid Jogokariyan ini cukup intensif dan terorganisasi dengan baik, termasuk keberhasilan mereka mendatangkan pembicara-pembicara mulai dari tingkat lokal hingga tingkat nasional.
ﺳُﺒْﺤَﺎﻧَﻚَ ﺍﻟﻠَّﻬُﻢَّ ﻭَﺑِﺤَﻤْﺪِﻙَ ﺃَﺷْﻬَﺪُ ﺃَﻥْ ﻻَ ﺇِﻟﻪَ ﺇِﻻَّ ﺃَﻧْﺖَ ﺃَﺳْﺘَﻐْﻔِﺮُﻙَ ﻭَﺃَﺗُﻮْﺏُ ﺇِﻟَﻴْﻚ
“Maha suci Engkau ya Allah, dan segala puji bagi-Mu. Aku bersaksi bahwa tiada Tuhan melainkan Engkau. Aku mohon ampun dan bertaubat kepada-Mu.”
Sebarkan !!! insyaallah bermanfaat.
Sekian dulu sahabat sedikit membuatkan perihal Masjid Jogokariyan ini, semoga bermanfaat untuk mengakibatkan rujukan serta bisa mengambil pesan yang tersirat dri semua ini.
Sumber:
bimasislam.kemenag.go.id/post/berita/masjid-sebagai-pusat-peradaban-belajarlah-ke-jogokariyan
jadipintar dot com
kisah konkret islami penuh hikmahkisah konkret islami
Post a Comment for "Kumpulan Dongeng Islami, Administrasi Dkm Bisa Memakmurkan Masjid Dan Jama'ahnya"