Al Anwar-Islam, Intropeksi Diri Sebelum Populer
Al Anwar-Islam, Intropeksi Diri Sebelum Terkenal , Islam (Arab: al-islām, الإسلام dengarkan (bantuan·info): "berserah diri kepada Tuhan") yaitu agama yang mengimani satu Tuhan, yaitu Allah. Dengan lebih dari satu seperempat miliar orang pengikut di seluruh dunia, menjadikan Islam sebagai agama terbesar kedua di dunia sehabis agama Kristen.
ادفن وجودك في أرض الخمول، فما نبت مما لم يدفن لا يتم نتاجه
"Sembunyikanlah dirimu terhadap tanah yang jauh dari kemasyhuran, lantaran Pepohonan yang tumbuh dari benih yang tidak ditanam melalui proses, maka akibatnya tidak akan sempurna".
A. Penjelasan
Yang dimaksud Al-Khomul berdasarkan bahasa ialah menjauhi dari kemasyhuran dan sebab-sebabnya, sedangkan berdasarkan istilah menjauhi dari kemasyhuran dan aktivitas-aktivitas kesosialan serta menenangkan diri untuk menyempurnakan penegetahuan, keistimewaan wacana hal tersebut, kemudian memasukan diri dalam perjalanan pembelajaran dan pensucian diri.
Maka dari itu. Yang dikehendaki Ibnu Atho'illah dalam kalimat" ادفن وجودك في أرض الخمول ialah sebelum kau dipandang dan populer dalam masyarakat dikarenakan sudah memperlihatkan subtansi kepada mereka melalui organisasi atau lembaga-lembaga, baik dari segi kagamaan ataupun kesosialan, maka sembunyikanlah jati dirimu yang sebenarnya dihadapan mereka dan bersihkanlah hatimu dari keinginan-keingina duniawi yang dapat menjerumuskanmu, supaya aqal dan hatimu menjadi matang untuk mengahadapinya.
B. Perumpamaan
Ibnu Atho'illah menyamakan klarifikasi ini dengan pepohonan, dikala benihnya ditanam dengan diletakan diatas tanah, tidak dimasukan kedalamnya, maka benih tersebut tidak akan tumbuh. Sedangkan cara untuk menumbuhkan pepohonan yaitu menanamnya dengan cara memasukan benih kedalam tanah kemudian ditinggalkan beberapa hari, minggu atau bulan, dikarenakan didalam nya terjadi proses antara tanah dan benih yang dapat menimbulkan akar atau dahan, kemudian Allah menyimpan kepada akar-akar tersebut sebuah kekuatan yang dapat menerobos keatas tanah bahkan dapat membelah bebatuan-bebatuan yang menghalanginya, supaya mendapat energy sinar matahari.
Dengan adanya ibarat ini, maka. Pepohonan dapat tumbuh dengan tepat dikarenakan melewati dua fase :
1. Proses didalam tanah
2. Pertumbuhan dan pemberian energy matahari
Hal ini disamakan dengan perkembangan insan dalam proses untuk menuju jati diri seorang hamba Allah juga diperlukan beberapa waktu bahkan hari.
Begitu juga perumpamaan orang yang lupa terhadap resef ini, dengan seseorang yang berbicara dengan temannya didalam diskotik dengan music yang sangat keras wacana problem yang dapat menguntungkan pada dirinya yatiu bisnis, hal ini tidak akan mungkin mendapat keungtungan kepadanya dalam bisnis kecuali ditempat yang tenang, lantaran apa yang dibicarakan temannya terhadap dirinya tidak akan dapat didengar.
C. Dalil-dalil.
a. Melalui tarbiyyah (pendidikan) Allah terhadap Rasulallah shalallahu alaihi wasalam, dengan melaksanakan tahannus (melakukan ibadah di tempat-tempat yang sunyi), ibarat yang diriwayatkan didalam kitab shohih oleh sayyidah Aisyah R.A
عن عَائِشَةَ أُمّ الْمُؤُمِنِينَ قَالتْ: أَوَّلُ مَا بُدِىءَ بِهِ رَسُولُ اللهِ صلى الله عليه وسلم مِنَ الْوَحْيِ الرؤيَا الصَّالِحَةُ فِي النَّوْمِ، فَكَانَ لاَ يَرَى رُؤْيَا إِلاَّ جَاءَتْ مِثْلَ فَلَقِ الصُّبْحِ، ثُمَّ حُبِّبَ إِلَيْهِ الْخَلاَءُ، وَكَانَ يَخْلُو بِغَارِ حِرَاءٍ فَيَتَحَنَّثُ فِيهِ،
Artinya : "Diriwayatkan dari Aisyah Ummil Mukminin, ia berkata : "Wahyu yang pertama kali diterima Rasulallah shalallahu �alaihi wasalam yaitu dengan melalui mimpi yang anggun dalam tidur, kemudian dia tidak melihat mimpi kecuali datangnya ibarat mega pada waktu shubuh, kemudian Allah memperlihatkan rasa cinta kepadanya terhadap kesunyian dalam beribadah, dan dia melaksanakan kesunyian tersebut didalam Goa hiro' kemudian melaksanakan ibadah"
Dalam hadist ini Rasulallah shalallahu 'alaihi wasalam melaksanakan ibadah dalam kesunyian di Goa hiro' beberapa malam secara terus menerus, hal ini termasuk perbuatan yang fundamental dalam membangun tujuan yang diperintahkan oleh Allah subhanahu wata'ala.
b. Hadist nabi yang diriwayatkan oleh Uqbah Bin Amir
عن عقبة بن عامر قال : قلت يا رسول الله ما نجاة المؤمن ؟ فقال : ( احفظ لسانك و ليسعك بيتك و ابك على خطئك )
Artinya : "Dari Uqbah bin Amir ia berkata : Saya pernah berkata : "Wahai Rasulallah, apa keselamatan itu ? ia berkata : "Jagalah lisanmu yang akan menjerumuskanmu dan luaskanlah rumahmu dan bersedihlah atas kesalahanmu".
Hadist ini termasuk metode Rasulallah dalam menjalankan kiprah yang diperintahkan Allah subhanahu wata'ala, dan jawaban dari mengamalkan hadist ini ialah kemewahan-kemewahan dunia akan hilang bertahap dari perasaan seseorang yang menginginkannya. Intropeksi Diri Sebelum Terkenal .
c. Suri tauladan ulama-ulama terdahulu.
D. Kebutuhan-kebutuhan dalam beraktivitas dimasyarakat.
Diantaranya :
1. Ilmu.
Ilmu merupaka begian besar yang terpenting dalam bermasyarakat, lantaran dengannya sebuah masyarakat akan menjadi harmonis, maka dari itu. Seseorang tidak akan dapat menjadikan sebuah masyarakat yang serasi tanpa ilmu.
2. Membersihkan diri (nafsu).
Seperti yang sudah kita ketahui sebenarnya nafsu selalu menyuruh kepada hal-hal yang jelak, ibarat menginginkan pangkat yang lebih tinggi, dipuji orang, kenikmatan dengan mengumpulkan harta, tidak akan ada obat yang dapat menyelamatkan bahaya-bahaya ini, kecuali dengan mengikuti metode ini yaitu membersihkan diri (nafsu).
3. Mensucikan hati dari keinginan-keinginan yang bersifat duniawi.
Seperti cinta terhadap harta, pangkat, istri, anak atau benda-benda yang dapat melupakan kepada Allah. Maka dari itu, seseorang dituntut untuk mensucikan hati dari keinginan-keinginan tersebut.
Tiga tujuan ini Tidak akan dapat terealisasi kecuali merendahkan diri dengan malakukan kholwah (menyendiri) yang hanya sementara, dengan adanya kholwah ini, seseorang bias mengetahui jati dirinya sendiri dengan mengakui bahwa dia yaitu seorang hamba yang dimiliki Allah subhanahu wata'ala, dan menjalankan pengetahuan ini dengan metode dzikir kepada Allah, dengan adanya ibarat itu. Maka dia akan merasa bahwa dirinya selalu paling rendah dihadapan orang banyak. Sedikit demi sedikit akan terlihat juga dihadapannya hakikat wujud dunia yaitu lebih rendah dan kecil di bandingkan dengan korelasi hati kepada Allah, dan akan higienis juga nafsu tersebut dari kemewahan-kemewahan bersifat duniawi.
E. Aplikasi
Setelah kita mengetahui wacana keterangan diatas , maka hal itu sudah sering terjadi di masyarakat. Ketika seseorang yang sudah menjadi penggerak, penasihat, amar ma'rup nahi mungkar, dimasyarakat kemudian dia dikagetkan dengan mendapat derajat / kehormatan dalam masyarakat tersebut. Maka bila dia tidak memiliki penawar ibarat diatas, maka penyakit yang bersifat keduniawian tersebut akan menimpanya ibarat riya', ujub dan lain-lain.
Diriwayatkan bahwa, dalam suatu majelis yang dipimpin oleh ayahku ada sebagian dari mereka yang bertanya kepadanya dengan berkata : "wahai guruku bagaimana cara untuk dapat menyelamatkan dari riya'? kemudian ia terseyum dengan rasa heran dan berkata kepadanya : apakah ditemukan seseorang selain Allah yang pantas untuk dipamerkan amalmu kepadanya?
seandainya orang yang melaksanakan amal dengan riya' dikala dia menemukan pengganti dari Allah subhanahu wata'ala atas amalnya, maka siapakah pengganti tersebut dan dimana dia berada ? sesungguhnya orang yang mengetahui makna taauhid yang sebenarnya dari lafadz
(لا حول ولا قوة إالا بالله).
Maka, tidak ada riya' dalam hatinya dan perasaannya.
Disamping itu juga, berbagai orang-orang yang gres terjun di masyarakat pribadi tampil sebagai penceramah, pansihat, dan penggagas tetapi apa yang dia katakan atau lakukan sangat fatal dalam malaksanakannya, dikarenakan segala sesuatu yang dia kerjakan tidak didasari dengan pemahaman terhadap situasi dan kondisi, hal ini tidak akan dapat berjalan kecuali dengan adanya khomul pada dirinya.
Seperti diceritakan oleh Sa'id Romadlon, bahwa ada sekelompok cowok yang berkunjung kepadanya, mereka sudah terbiasa beraktivitas di organisasi kemasyarakatan mereka selalu mengajak amar ma'ruf nahi mungkar kepada masyarakat dengan cara berda'wah, tanpa melewati ketentuan-ketentuan yang sudah diungkapkan oleh Ibnu Atho'illah. Ketika keadaan sedang tenang, salah satu dari mereka berkata kepadaku dengan gaya ibarat penasihat, dia termasuk yang paling muda, kemudian dia melontarkan firman Allah subhanahu wata'ala yaitu :
ولا تركنوا إلى الذين ظلموا فتمسكم النار (هود: 113)
Dia membaca lafadz (فتمسكم)" dengan dibaca dlomah mimnya, bacaan tersebut terus diulangi lagi tanpa mengetahui ada kesalahan, saya berkata kepadanya : "Ayat tersebut ibarat yang ada didalam Al-Qur'an yaitu dibaca fathah, ulangi dan benarkanlah bacaanmu.
Pemuda tersebut terus berusaha membenarkan bacaannya tapi tidak ada hasilnya. Kemudian saya berkata kepadanya : "Hai, Jika gairahmu yang masih mentah akan islam mendorongmu untuk mengikuti majlisku dalam rangka nasehat dan mauidhoh, mengapa gairahmu itu tidak mendorongmu untuk mempelajari Al_Qur'an terlebih dahulu?"
Sekian dulu sobat sedikit mengembangkan wacana Al Anwar-Islam, Intropeksi Diri Sebelum Terkenal ini, biar bermanfaat.
sumber:
ppalanwar.com
ادفن وجودك في أرض الخمول، فما نبت مما لم يدفن لا يتم نتاجه
"Sembunyikanlah dirimu terhadap tanah yang jauh dari kemasyhuran, lantaran Pepohonan yang tumbuh dari benih yang tidak ditanam melalui proses, maka akibatnya tidak akan sempurna".
Al Anwar-Islam, Intropeksi Diri Sebelum Terkenal
A. Penjelasan
Yang dimaksud Al-Khomul berdasarkan bahasa ialah menjauhi dari kemasyhuran dan sebab-sebabnya, sedangkan berdasarkan istilah menjauhi dari kemasyhuran dan aktivitas-aktivitas kesosialan serta menenangkan diri untuk menyempurnakan penegetahuan, keistimewaan wacana hal tersebut, kemudian memasukan diri dalam perjalanan pembelajaran dan pensucian diri.
Maka dari itu. Yang dikehendaki Ibnu Atho'illah dalam kalimat" ادفن وجودك في أرض الخمول ialah sebelum kau dipandang dan populer dalam masyarakat dikarenakan sudah memperlihatkan subtansi kepada mereka melalui organisasi atau lembaga-lembaga, baik dari segi kagamaan ataupun kesosialan, maka sembunyikanlah jati dirimu yang sebenarnya dihadapan mereka dan bersihkanlah hatimu dari keinginan-keingina duniawi yang dapat menjerumuskanmu, supaya aqal dan hatimu menjadi matang untuk mengahadapinya.
B. Perumpamaan
Ibnu Atho'illah menyamakan klarifikasi ini dengan pepohonan, dikala benihnya ditanam dengan diletakan diatas tanah, tidak dimasukan kedalamnya, maka benih tersebut tidak akan tumbuh. Sedangkan cara untuk menumbuhkan pepohonan yaitu menanamnya dengan cara memasukan benih kedalam tanah kemudian ditinggalkan beberapa hari, minggu atau bulan, dikarenakan didalam nya terjadi proses antara tanah dan benih yang dapat menimbulkan akar atau dahan, kemudian Allah menyimpan kepada akar-akar tersebut sebuah kekuatan yang dapat menerobos keatas tanah bahkan dapat membelah bebatuan-bebatuan yang menghalanginya, supaya mendapat energy sinar matahari.
Dengan adanya ibarat ini, maka. Pepohonan dapat tumbuh dengan tepat dikarenakan melewati dua fase :
1. Proses didalam tanah
2. Pertumbuhan dan pemberian energy matahari
Hal ini disamakan dengan perkembangan insan dalam proses untuk menuju jati diri seorang hamba Allah juga diperlukan beberapa waktu bahkan hari.
Begitu juga perumpamaan orang yang lupa terhadap resef ini, dengan seseorang yang berbicara dengan temannya didalam diskotik dengan music yang sangat keras wacana problem yang dapat menguntungkan pada dirinya yatiu bisnis, hal ini tidak akan mungkin mendapat keungtungan kepadanya dalam bisnis kecuali ditempat yang tenang, lantaran apa yang dibicarakan temannya terhadap dirinya tidak akan dapat didengar.
C. Dalil-dalil.
a. Melalui tarbiyyah (pendidikan) Allah terhadap Rasulallah shalallahu alaihi wasalam, dengan melaksanakan tahannus (melakukan ibadah di tempat-tempat yang sunyi), ibarat yang diriwayatkan didalam kitab shohih oleh sayyidah Aisyah R.A
عن عَائِشَةَ أُمّ الْمُؤُمِنِينَ قَالتْ: أَوَّلُ مَا بُدِىءَ بِهِ رَسُولُ اللهِ صلى الله عليه وسلم مِنَ الْوَحْيِ الرؤيَا الصَّالِحَةُ فِي النَّوْمِ، فَكَانَ لاَ يَرَى رُؤْيَا إِلاَّ جَاءَتْ مِثْلَ فَلَقِ الصُّبْحِ، ثُمَّ حُبِّبَ إِلَيْهِ الْخَلاَءُ، وَكَانَ يَخْلُو بِغَارِ حِرَاءٍ فَيَتَحَنَّثُ فِيهِ،
Artinya : "Diriwayatkan dari Aisyah Ummil Mukminin, ia berkata : "Wahyu yang pertama kali diterima Rasulallah shalallahu �alaihi wasalam yaitu dengan melalui mimpi yang anggun dalam tidur, kemudian dia tidak melihat mimpi kecuali datangnya ibarat mega pada waktu shubuh, kemudian Allah memperlihatkan rasa cinta kepadanya terhadap kesunyian dalam beribadah, dan dia melaksanakan kesunyian tersebut didalam Goa hiro' kemudian melaksanakan ibadah"
Dalam hadist ini Rasulallah shalallahu 'alaihi wasalam melaksanakan ibadah dalam kesunyian di Goa hiro' beberapa malam secara terus menerus, hal ini termasuk perbuatan yang fundamental dalam membangun tujuan yang diperintahkan oleh Allah subhanahu wata'ala.
b. Hadist nabi yang diriwayatkan oleh Uqbah Bin Amir
عن عقبة بن عامر قال : قلت يا رسول الله ما نجاة المؤمن ؟ فقال : ( احفظ لسانك و ليسعك بيتك و ابك على خطئك )
Artinya : "Dari Uqbah bin Amir ia berkata : Saya pernah berkata : "Wahai Rasulallah, apa keselamatan itu ? ia berkata : "Jagalah lisanmu yang akan menjerumuskanmu dan luaskanlah rumahmu dan bersedihlah atas kesalahanmu".
Hadist ini termasuk metode Rasulallah dalam menjalankan kiprah yang diperintahkan Allah subhanahu wata'ala, dan jawaban dari mengamalkan hadist ini ialah kemewahan-kemewahan dunia akan hilang bertahap dari perasaan seseorang yang menginginkannya. Intropeksi Diri Sebelum Terkenal .
c. Suri tauladan ulama-ulama terdahulu.
D. Kebutuhan-kebutuhan dalam beraktivitas dimasyarakat.
Ada bebrapa kebutuhan yang harus dimiliki dalam beraktivitas dimasyarakat
Intropeksi Diri Sebelum Terkenal.Diantaranya :
1. Ilmu.
Ilmu merupaka begian besar yang terpenting dalam bermasyarakat, lantaran dengannya sebuah masyarakat akan menjadi harmonis, maka dari itu. Seseorang tidak akan dapat menjadikan sebuah masyarakat yang serasi tanpa ilmu.
2. Membersihkan diri (nafsu).
Seperti yang sudah kita ketahui sebenarnya nafsu selalu menyuruh kepada hal-hal yang jelak, ibarat menginginkan pangkat yang lebih tinggi, dipuji orang, kenikmatan dengan mengumpulkan harta, tidak akan ada obat yang dapat menyelamatkan bahaya-bahaya ini, kecuali dengan mengikuti metode ini yaitu membersihkan diri (nafsu).
3. Mensucikan hati dari keinginan-keinginan yang bersifat duniawi.
Seperti cinta terhadap harta, pangkat, istri, anak atau benda-benda yang dapat melupakan kepada Allah. Maka dari itu, seseorang dituntut untuk mensucikan hati dari keinginan-keinginan tersebut.
Tiga tujuan ini Tidak akan dapat terealisasi kecuali merendahkan diri dengan malakukan kholwah (menyendiri) yang hanya sementara, dengan adanya kholwah ini, seseorang bias mengetahui jati dirinya sendiri dengan mengakui bahwa dia yaitu seorang hamba yang dimiliki Allah subhanahu wata'ala, dan menjalankan pengetahuan ini dengan metode dzikir kepada Allah, dengan adanya ibarat itu. Maka dia akan merasa bahwa dirinya selalu paling rendah dihadapan orang banyak. Sedikit demi sedikit akan terlihat juga dihadapannya hakikat wujud dunia yaitu lebih rendah dan kecil di bandingkan dengan korelasi hati kepada Allah, dan akan higienis juga nafsu tersebut dari kemewahan-kemewahan bersifat duniawi.
E. Aplikasi
Setelah kita mengetahui wacana keterangan diatas , maka hal itu sudah sering terjadi di masyarakat. Ketika seseorang yang sudah menjadi penggerak, penasihat, amar ma'rup nahi mungkar, dimasyarakat kemudian dia dikagetkan dengan mendapat derajat / kehormatan dalam masyarakat tersebut. Maka bila dia tidak memiliki penawar ibarat diatas, maka penyakit yang bersifat keduniawian tersebut akan menimpanya ibarat riya', ujub dan lain-lain.
Diriwayatkan bahwa, dalam suatu majelis yang dipimpin oleh ayahku ada sebagian dari mereka yang bertanya kepadanya dengan berkata : "wahai guruku bagaimana cara untuk dapat menyelamatkan dari riya'? kemudian ia terseyum dengan rasa heran dan berkata kepadanya : apakah ditemukan seseorang selain Allah yang pantas untuk dipamerkan amalmu kepadanya?
seandainya orang yang melaksanakan amal dengan riya' dikala dia menemukan pengganti dari Allah subhanahu wata'ala atas amalnya, maka siapakah pengganti tersebut dan dimana dia berada ? sesungguhnya orang yang mengetahui makna taauhid yang sebenarnya dari lafadz
(لا حول ولا قوة إالا بالله).
Maka, tidak ada riya' dalam hatinya dan perasaannya.
Disamping itu juga, berbagai orang-orang yang gres terjun di masyarakat pribadi tampil sebagai penceramah, pansihat, dan penggagas tetapi apa yang dia katakan atau lakukan sangat fatal dalam malaksanakannya, dikarenakan segala sesuatu yang dia kerjakan tidak didasari dengan pemahaman terhadap situasi dan kondisi, hal ini tidak akan dapat berjalan kecuali dengan adanya khomul pada dirinya.
Seperti diceritakan oleh Sa'id Romadlon, bahwa ada sekelompok cowok yang berkunjung kepadanya, mereka sudah terbiasa beraktivitas di organisasi kemasyarakatan mereka selalu mengajak amar ma'ruf nahi mungkar kepada masyarakat dengan cara berda'wah, tanpa melewati ketentuan-ketentuan yang sudah diungkapkan oleh Ibnu Atho'illah. Ketika keadaan sedang tenang, salah satu dari mereka berkata kepadaku dengan gaya ibarat penasihat, dia termasuk yang paling muda, kemudian dia melontarkan firman Allah subhanahu wata'ala yaitu :
ولا تركنوا إلى الذين ظلموا فتمسكم النار (هود: 113)
Dia membaca lafadz (فتمسكم)" dengan dibaca dlomah mimnya, bacaan tersebut terus diulangi lagi tanpa mengetahui ada kesalahan, saya berkata kepadanya : "Ayat tersebut ibarat yang ada didalam Al-Qur'an yaitu dibaca fathah, ulangi dan benarkanlah bacaanmu.
Pemuda tersebut terus berusaha membenarkan bacaannya tapi tidak ada hasilnya. Kemudian saya berkata kepadanya : "Hai, Jika gairahmu yang masih mentah akan islam mendorongmu untuk mengikuti majlisku dalam rangka nasehat dan mauidhoh, mengapa gairahmu itu tidak mendorongmu untuk mempelajari Al_Qur'an terlebih dahulu?"
Sekian dulu sobat sedikit mengembangkan wacana Al Anwar-Islam, Intropeksi Diri Sebelum Terkenal ini, biar bermanfaat.
sumber:
ppalanwar.com
Post a Comment for "Al Anwar-Islam, Intropeksi Diri Sebelum Populer"