Skip to content Skip to sidebar Skip to footer

Al-Anwar- Hikmah, Memposisikan Diri Dalam Beramal

Al-Anwar- Hikmah, Memposisikan Diri Dalam Beramal. yang dalam hal ini banyak sekali yang kita ambil ibarat pengertian hikmah, kisah pesan yang tersirat islam, arti hikmah, pesan yang tersirat puasa senin kamis, ilmu hikmah, kata hikmah, pesan yang tersirat puasa, lagu hikmah.

 yang dalam hal ini banyak sekali yang kita ambil ibarat pengertian pesan yang tersirat Al-Anwar- Hikmah, Memposisikan Diri Dalam Beramal

Beberapa dalil Al-Anwar- Hikmah, Memposisikan Diri Dalam Beramal


إرادتك التجريد مع إقامة الله إياك في الأسباب من الشهوة الخفية, وإرادتك الأسباب مع إقامة الله اياك في التجريد إنـحطاط عن الهمة العلية

"Kamu ingin maqam tajrid padahal Allah menempatkanmu di maqam asbab itu termasuk syahwat yang samar, sedangkan kau ingin maqam asbab padahal Allah menempatkanmu di maqam tajrid itu ialah penurunan dari kemauan yang tinggi"

1. PENJELASAN

A. Maqam Tajrid

Maqam Tajrid ialah dirimu jauh untuk melaksanakan asbab (berinteraksi dengan insan lain/bekerja) lantaran posisi dan kondisi mu itu menuntut untuk meninggalkannya.atau bisa di istilahkan Hablun min Allah.

Ciri-cirinya ialah dirimu sudah ada yang menjamin dalam duduk kasus rizqi, sehingga dengan gampang engkau sanggup menghindar ke akhirat.

B. Maqam Asbab

Maqam Asbab ialah selalu di kuasai oleh asbab (cara-cara interaksi dengan sesama), maksudnya dimanapun ia bergerak, ia tidak bisa menghindar dari asbab tersebut atau bisa di istilahkan dengan Hablun min an-nas.

Ciri-cirinya ialah dirimu ialah punya tanggung jawab terhadap kehidupan orang lain, sehingga harus memikirkan keberlangsungan kehidupan mereka.

Bagian pertama dari pesan yang tersirat ini ialah :

إرادتك التجريد مع إقامة الله إياك في الاسباب من الشهوة الخفية ...

Artinya : “ Kamu ingin maqam tajrid padahal Allah menempatkanmu di maqam asbab maka hal itu termasuk syahwat yang samar ”

Berangkat dari pesan yang tersirat diatas, perintah oleh Allah SWT pada hamba-Nya hanya sederhana yaitu melaksanakan segenap perintah-Nya dan meninggalkan segala larangan-Nya dengan memandang posisi dirinya, artinya tidak layak baginya untuk menjalankan asbab dan meninggalkannya dengan sesuka hati, tanpa berpikir dan berangan-angan posisi bahwasanya dirinya, begitu juga sebaliknya.

Untuk lebih jelasnya, akan kami paparkan beberapa pola pada anda. Ada seseorang kepala keluarga yakni seorang ayah yang bertanggung jawab terhadap keluarga, istri, dan anak-anaknya. Kaprikornus ia diposisikan semoga mencari dan bersusah payah yang berkaitan dengan rizqi. Bayangkan, seandainya ia berkata pada dirinya sendiri : "Aku tidak butuh ke pasar, lantaran saya telah yakin semua rizqi itu telah ditentukan oleh Allah SWT". Kemudian orang itu benar-benar pasrah dan tidak berupaya untuk mencari rizqi.

Kami katakan padanya : “ Engkau harus tahu situai dan posisi apa yang sedang Allah SWT tempatkan padamu. Ingatlah kini Allah sedang memposisikan dirimu di maqam asbab. Buktinya ia bebankan padamu tanggung jawab sebagai kepala keluarga. Apabila kau berpaling dari posisi ini, ingat engkau sedang melakukakan ta'at secara lahiriyyah, tetapi bahwasanya kau mengikuti hawa nafsumu, semoga kelihatan zuhud dan sufi di mata orang lain. Dan ini ialah kesalahan besar dan ancaman dalam syari'at agama Islam. Adapun metode dan sistem semestinya engkau harus tahu apabila Allah menyebabkan dirimu pemimpin keluarga berarti artinya Dia telah memperlihatkan tanggung jawab urusan keluarga padamu. 


Artinya engkau tidak bisa bermuamalah dengan Allah atas dasar keadaan dirimu sendiri saja, tapi kau perlu memperhatikan kehidupan istri dan anak-anakmu juga. Dengan kata lain, apabila engkau menyangka dirimu telah percaya penuh dengan pembagian Allah SWT sehingga kau konsen penuh untuk beribadah dan meninggalkan dunia, kemudian kenapa engkau paksa istri dan anakmu untuk menjalankan kepercayaanmu itu ? Dan untuk menjalankan zuhud yang kau inginkan itu ?

Ingatlah! bahwa hidup ini untuk keluargamu bukan untuk dirimu sendiri, dan yang sanggup mengatur perjalanan agamamu ialah ketentuan syari'at-Nya. Sementara syara' menyuruhmu untuk mempersiapkan-semampumu- kehidupan yang layak bagi keluargamu, dan untuk mendidik putra-putrimu lahir dan batin dengan didikan yang baik lagi sempurna. Apabila engkau berpaling dari asbab ini, itu artinya kau telah berbuat jelek dan su'ul-adab kepada Allah SWT. Karena kau telah berpaling dari aturan-aturan (Sunnatullah) yang semestinya. Jika Allah SWT berfirman padamu : “metode untuk menjaga keluargamu itu harus menjalankan asbab”. Bila kau menjawab : "tidak mau. Karena saya ingin murni bersimpuh di hadapan-Mu” maka Allah berfirman : "Tinggalkan keinginanmu dan lakukan apa yang saya katakana padamu, keluarlah ke pasar, bekerjalah, berdagang dan lakukanlah sesuatu yang membuka jalan rizqimu!.”

Dan ingatlah! mematuhi perintah-perintah ini ialah ibadah bagimu, itu ialah tasbih dan tahmidmu. Dan yang perlu di perhatikan, ta'at dan ibadah itu tidak tertentu hanya pada amalan-amalan khusus saja, kemudian bila tidak melaksanakan amalan-amalan itu ia disebut materialistis (bersifat duniawi). Karena semua amal kebaikan itu bahwasanya ibadah, apabila ada niat dan tujuan pada Allah SWT, tergantung situasi dan kondisi. Sebagaimana pesan yang tersirat Ibnu 'Atha'illah yg lain :

تنوعت أجناس الأعمال بتنوع واردات الأحوال ...

Artinya : "Amal itu majemuk sesuai keadaan manusia"

Oleh lantaran itu, Ringkasan dari pecahan pertama dari pesan yang tersirat ke-2 ini ialah amal shalih bagi orang yang tidak ada korelasi dengan masyarakat dan jauh dari tanggung jawab(seperti santri) itu ialah ibadah yang kembali pada dirinya ibarat sholat, puasa, dzikir dan lain-lain. Adapun ibadah orang yang mempunyai tanggung jawab dalam keluarga politik atau masyarakat, maka amal shalih baginya ialah menjalankan kiprah dan tanggung jawabnya dengan semestinya, begitu juga bagi penjaga benteng pertahanan, amal shalih untuknya ialah tulus dan benar-benar memperhatikan musuh yang ada di sekelilingnya, begitulah seterusnya. Disini perlu di ingat, bahwa ada ibadah-ibadah yang wajib di laksanakan oleh semua golongan dengan tanpa memandang situasi dan kondisi tertentu, yaitu ibadah-ibadah yang pokok, contohnya shalat fardlu, puasa, haji, membaca al-Qur’an serta dzikir-dzikir pokok yg lain.

Bagian kedua dari pesan yang tersirat ini yaitu :

...وإرادتك الأسباب مع إقامة الله إياك في التجريد انحطاط عن الهمة العلية.

Artinya : “Sedangkan kau ingin maqam asbab padahal Allah menempatkanmu di maqam tajrid itu ialah penurunan dari kemauan yang tinggi”

Ada sebagian orang yang sudah tidak memerlukan lagi mencari rizki lantaran ia tidak mengurusi keluarga dan orang lain dan sudah di anugrahi Allah kecukupan rizki, maka ia harus memakai waktunya untuk mencari ilmu, ibadah dan dzikir (mengingat Allah).disini Ibnu Athoillah menyarankan untuk tidak terjun duduk kasus duniawi lantaran itu akan menurunkannya dari impian luhur. Artinya: Apabila engkau ingin bermalas-malasan lantaran sudah percaya pada hartamu, kemudian kau hanya makan, minum dan tidur hingga kau mati, ini artinya kehidupanmu tak ada bedanya atau sama ibarat hewan.

Adapun jikalau kau ingin mempelajari agama-Nya dimana lantaran kau telah kecukupan dalam segi materi, maka inilah metode terbaik dan paling tepat bagi orang yang mempunyai kemauan yang tinggi. Itu di karenakan dikala Allah SWT menjauhkan dirimu dari tanggung jawab, itu berarti Allah menempatkan dirimu pada maqam tajrid. 


Maka konsenterasikan fikiranmu untuk mempelajari agama dan syari'at-Nya atau kau berada di antara barisan pasukan perang demi membela agama-Nya, apabila itu memungkinkan.

Apabila orang ini berkata : "Tapi bekerja kan juga ibadah, sesuai dengan firman Allah SWT…& sabda Rasul…?"

Maka ketahuilah! bahwa gejolak jiwa yang menggodanya ini ialah rayuan syaitan dan itu hanyalah penurunan dari derajat yang tinggi sebagaimana pernyataan Ibnu 'Atha'illah tadi.

Jika perkataan ini benar perintah ketuhanan, itu berarti kita akan menyalahkan perbuatan para santri-santri yang mondok diberbagai pondok. Yaitu para cowok yang di tempatkan Allah pada maqam tajrid dan bebas dari beban asbab kemudian mendarmakan hidupnya untuk mempelajari agama Islam dan hukum-hukumnya. Para pemuda-pemuda ini selama belum mempunyai beban tanggung jawab keluarga atau masyarakat, dan mereka masih tetap dan semangat berguru ilmu-ilmu agama Islam, maka kita menganggap mereka ialah orang-orang besar dan orang-orang yang lebih di antara manusia, kita mengharap turunnya rahmat Allah dengan bertawassul dengan mereka.

Dari sini kami sanggup menyimpulkan bahwa syari'at itulah yang menjadi barometer seseorang apakah ia ada di maqam tajrid atau asbab? Apabila hingga melewati ketentuan-ketentua syari'at demi mengikuti keinginan dan kesukaan hatinya, maka akan terjebak dalam kondisi yang disebut syahwat yang samar (الشهوة الخفية), atau turun dari keinginan yang tinggi (انحطاط عن الهمة العلية).

2. DALIL-DALIL Al-Anwar- Hikmah, Memposisikan Diri Dalam Beramal


- Mengenai maqam tajrid, terdapat dalam surat Al-Muzammil ayat 1-4 :

يَاأَيُّهَا الْمُزَّمِّلُ (1) قُمِ اللَّيْلَ إِلَّا قَلِيلًا (2) نِصْفَهُ أَوِ انْقُصْ مِنْهُ قَلِيلًا (3) أَوْ زِدْ عَلَيْهِ وَرَتِّلِ الْقُرْآنَ تَرْتِيلًا (4) (المزمل: 1 – 4)

ARTINYA :

1. Hai orang yang berselimut (Muhammad),

2. Bangunlah (untuk sembahyang) di malam hari, kecuali sedikit (daripadanya),

3. (yaitu) seperduanya atau kurangilah sedikit dari seperdua itu.

4. Atau lebih dari seperdua itu. dan Bacalah Al Alquran itu dengan perlahan-lahan.

- Mengenai maqam asbab, terdapat dalam surat Al-Furqon ayat 20 :

وَجَعَلْنَا بَعْضَكُمْ لِبَعْضٍ فِتْنَةً أَتَصْبِرُونَ وَكَانَ رَبُّكَ بَصِيرًا (20) (الفرقان: 20)

ARTINYA :

20. dan Kami jadikan sebagian kau cobaan bagi sebagian yang lain. maukah kau bersabar?; dan ialah Tuhanmu Dzat yang Maha melihat.

3. CONTOH-CONTOH

Akan kami paparkan beberapa pola untuk memudahkan mengaplikasikan peraturan-peraturan syari'at yang berkaitan dengan pesan yang tersirat ke-3 ini :

A. Contoh Ke-1

Sekelompok orang berkemas-kemas untuk haji, sebagian ada yang terbebas dari tanggung jawab dan berkonsentrasi untuk melaksanakan ibadah dan ta'at. Dan sebagian lain ada yang menjadi dokter yang bertanggung jawab untuk menangani serta mengobati para jamaah haji. Maka orang pertama (orang berhaji) berada pada maqam yang di sebut Ibnu 'Atha'illah dengan maqam tajrid dan ia dituntut untuk memperbanyak ibadah, dzikir-dzikir atau banyak-banyak melaksanakan shalat sunnah. Sedangkan orang nomer dua (seorang dokter) ada pada maqam yang di sebut maqam asbab, dan ia dituntut untuk mengurusi asbab, Kaprikornus para dokter-dokter itu di suruh untuk memperhatikan kesehatan para pasien yang sedang menjalankan ibadah haji itu.

B. Contoh Ke-2

Ada cowok yang di perintah oleh ayahnya : "Aku akan mengurusi dan memenuhi segala keperluanmu, yang saya kehendaki kau Cuma konsentrasi mempelajari kitab Allah dan syari'at-Nya!"

Maka santri ini oleh Allah SWT telah di tempatkan di maqam tajrid. Oleh lantaran itu ia dituntut untuk melaksanakan hal yang sesuai dengan maqamnya, yaitu mempelajari al-Quran dan ilmu syri'at.

Orang ibarat ini dihentikan dikataan : "Syara' memerintahmu untuk mencari rizqi dan mencegah untuk melaksanakan pengangguran". lantaran yang diperintahkan syara' untuk pergi ke pasar dan mencari rizqi itu ialah orang-orang yang tidak mempunyai tanggung jawab ibarat orang renta dan para pejabat. 


Adapun orang yang telah di beri Allah SWT kebutuhan rizqi, ibarat santri maka ia di syari'atkan tidak mencari rizqi. Yang di larang Syara' ialah jadi pengangguran padahal santri bukan menganggur tetapi waktunya di alihkan dari maqam asbab(cari rizki) ke maqam tajrid (mempelajari agama).

C. Contoh Ke-3

Seseorang yang bekerja di sebuah toko, ia mengetahui jikalau ia bekarja dari jam 07.00 pagi hingga jam 17.00 sore, maka ia akan mendapat uang yang cukup. Maka syara' akan berkata kepadanya : "Allah SWT telah menempatkan dirimu dari jam 07.00 pagi-jam17.00 sore di maqam asbab dan kau wajib bekerja dengan keras. 


Adapun sebelum dan setelah waktu tersebut, Allah menempatkan dirimu pada maqam tajrid. Oleh lantaran itu kau harus memakai waktu untuk mendalami pengetahuan perihal Islam dan beribadah.

D. Contoh Ke-4

Seseorang yang sedang berada di Amerika untuk belajar, setelah itu ia berkeinginan mendapat harta dan kehidupan baik. Kemudian ia menetap bersama keluarganya dan mencari pekerjaan disana. Apakah yang demikian itu sesuai dengan tuntunan syari'at ?

Realitalah yang akan menjawabnya. Realita yang ada menyampaikan bahwa orang yang hidup di Amerika dan Eropa bersama belum dewasa dan keluarganya rusak moralnya lantaran lingkungan di Amerika dan Eropa yang bebas dalam pergaulan. 


Oleh lantaran itu semestinya orang tersebut sedang menjalankan maqam tajrid bukan maqam asbab, buktinya jikalau orang tersebut masih mencari harta di Amerika, maka anak-anaknya akan terjerumus pada pemikiran-pemikiran yang tidak Islami.

Ini semua ialah salah satu kunci hidup yang harus dipegang oleh setiap orang islam yaitu selalu berikhtiar dulu untuk mencari rizki jikalau tak dibebani dengan tanggung jawab ibarat keluarga. Tapi jikalau belum terbebani, sebaiknya waktu luang itu dipakai untuk mencari ilmu dan memperdalam agama.


Sekian duu sahabat sedikit membuatkan perihal Al-Anwar- Hikmah, Memposisikan Diri Dalam Beramal ini, semoga bermanfaat untuk kita semua.
sumber :
ppalanwar.com

Post a Comment for "Al-Anwar- Hikmah, Memposisikan Diri Dalam Beramal"