Kisah Cinta Romantis Islami, Dongeng Bubuk Thalhah Menikahi Ummu Sulaim Dengan Mahar Masuk Islamnya
Kisah Cinta Romantis Islami-Kisah Abu Thalhah Menikahi Ummu Sulaim Dengan Mahar Masuk Islamnya. Dikutip dari banyak sekali macam dongeng cinta islami nyata, kisah cinta romantis di dunia.
Dia dikenal sebagai sahabat yang selalu mengerjakan puasa secara berturut-turut sehabis Nabi Muhammad. Selain itu, dia termasuk sahabat yang tidak beropini bahwa menelan air hujan bagi orang yang berpuasa membatalkan puasa, dia berkata, “Karena itu tidak termasuk makanan dan minuman.”
Dia juga orang yang dikatakan dalam sabda Rasulullah saw., “Suara Abu Thalhah ialah yang paling baik di antara rombongan pasukan perang.” Dia mempunyai banyak keistimewaan.
1. Menikah dengan Mahar Paling Mulia
Abu Thalhah berniat melamar Ummu Sulaim sebagai istrinya, ia pun pergi ke rumah perempuan Muslimah baik-baik yang telah menjanda itu. Sesampai di rumah Ummu Sulaim, Abu Thalhah diterima dengan baik. Putra Ummu Sulaim, Anas, turut hadir dalam pertemuan tersebut. Abu Thalhah memberikan maksud kedatangannya, yaitu hendak melamar Ummu Sulaim.
Namun Ummu Sulaim menolak lamaran Abu Thalhah. "Sesungguhnya laki-laki menyerupai anda, hai Abu Thalhah, tidak pantas saya tolak lamarannya. Tetapi saya tidak akan kawin dengan anda, lantaran anda kafir," ujarnya. "Demi Allah, apakah yang menghalangimu untuk mendapatkan lamaranku, hai Ummu Sulaim?" tanya Abu Thalhah. Ummu Sulaim menjawab, "Saksikanlah, hai Abu Thalhah. Aku bersaksi kepada Allah dan Rasul-Nya, bergotong-royong kalau kau masuk agama Islam, saya rela menjadi suamimu tanpa emas dan perak. Cukuplah Islam itu menjadi mahar bagiku."
"Siapa yang harus meng-islamkanku?" tanya Abu Thalhah.
"Aku bisa."
"Bagaimana caranya?"
"Tidak sulit," kata Ummu Sulaim. "Ucapkan saja dua kalimah syahadat. Tiada Tuhan selain Allah dan bergotong-royong Muhammad Rasulullah. Setelah itu, kau harus pulang ke rumahmu dan menghancurkan berhala sembahanmu kemudian kau buang!"
Abu Thalhah tampak gembira. Ia kemudian mengucapkan dua kalimah syahadat. Setelah itu ia menikahi Ummu Sulaim dengan mahar, agama Islam.
2. Perannya dalam Syi'ar Islam
Mendengar isu ini, kaum Muslimin berkata, "Belum pernah kami dengar mahar kawin yang lebih mahal daripada mahar Ummu Sulaim. Maharnya masuk Islam." Sejak hari itu, Abu Thalhah berada di bawah naungan Islam. Segala daya dan upayanya ia korbankan untuk berkhidmat kepada Islam.
Abu Thalhah dan istrinya, Ummu Sulaim, termasuk "Kelompok 70" yang bersumpah setia (baiat) kepada Rasulullah di Aqabah. Ia ditunjuk oleh Rasulullah menjadi kepala salah satu regu dari 12 regu yang dibuat malam itu untuk mengislamkan Yatsrib.
Dia ikut berperang bersama Rasulullah dalam tiap peperangan yang ia pimpin. Ia mengasihi Rasulullah sepenuh hati dan segenap jiwa. Apabila Rasulullah berdua saja dengannya, dia bersimpuh di hadapan ia sambil berkata, "Inilah diriku, kujadikan tebusan bagi diri anda, dan wajahku menjadi pengganti wajah anda."
Ketika terjadi Perang Uhud, barisan kaum Muslimin terpecah-belah dan lari tunggang-langgang. Oleh alasannya itu, pasukan musyrikin sempat menerobos pertahanan mereka hingga ke erat Rasulullah. Musuh berhasil mencederai beliau, mematahkan gigi, dan melukai bibirnya.
Sehingga darah mengalir membahasi wajah Nabi. Lalu kaum musyrikin menyebarkan isu bahwa Rasulullah telah wafat. Mendengar teriakan kaum musyrikin itu, kaum Muslimin menjadi kecut, kemudian lari porak-poranda meninggalkan Rasulullah. Hanya segelintir orang yang saja yang bertahan, mengawal dan melindungi beliau. Di antara mereka ialah Abu Thalhah yang bangkit paling depan.
Pada masa Khalifah Utsman, kaum Muslimin bertekad hendak berperang di lautan. Abu Thalhah pun berkemas-kemas hendak turut berjihad dengan kaum Muslimin. Anak-anaknya protes. "Wahai ayah, engkau sudah tua, engkau sudah ikut berperang gotong royong dengan Rasulullah, bersama Abu Bakar dan Umar bin Al-Khathab. Kini ayah harus beristirahat, biarlah kami yang berperang untuk ayah," kata mereka.
Abu Thalhah menjawab, "Bukankah Allah telah berfirman: "Berangkatlah kau baik dalam keadaan merasa ringan maupun berat, dan berjihadlah kau dengan harta dan dirimu di jalan Allah. Yang demikian itu ialah lebih baik bagimu, kalau kau mengetahui." (QS At-Taubah: 41). Firman Allah itu memerintahkan kita semua, baik renta maupun muda. Allah tidak membatasi usia kita untuk berperang."
Ia pun ikut berperang. Ketika Abu Thalhah yang sudah lanjut usia itu berada di atas kapal di tengah lautan bersama tentara Muslimin, ia jatuh sakit kemudian meninggal dunia. Kaum Muslimin melihat-lihat daratan, mencari daerah pemakaman mayit Abu Thalhah. Namun sehabis enam hari berlayar, barulah mereka menemukan daratan. Selama itu mayit Abu Thalhah disemayamkan di tengah-tengah mereka di atas kapal, tanpa berubah sedikit pun. Bahkan ia menyerupai orang yang sedang tidur nyenyak.
Semoga bermanfaat.
ﺳُﺒْﺤَﺎﻧَﻚَ ﺍﻟﻠَّﻬُﻢَّ ﻭَﺑِﺤَﻤْﺪِﻙَ ﺃَﺷْﻬَﺪُ ﺃَﻥْ ﻻَ ﺇِﻟﻪَ ﺇِﻻَّ ﺃَﻧْﺖَ ﺃَﺳْﺘَﻐْﻔِﺮُﻙَ ﻭَﺃَﺗُﻮْﺏُ ﺇِﻟَﻴْﻚ
Maha suci Engkau ya Allah, dan segala puji bagi-Mu. Aku bersaksi bahwa tiada Tuhan melainkan Engkau. Aku mohon ampun dan bertaubat kepada-Mu.”
Sumber:
Sekian dulu sobat sedikit menyebarkan wacana Kisah Cinta Romantis Islami ini, semoga membawa berkah untuk kita semua.
jadipintar dot com
www.republika.co.id
Sumber-sumber lain yang telah diedit.
Kisah Cinta Romantis Islami, Kisah Abu Thalhah Menikahi Ummu Sulaim Dengan Mahar Masuk Islamnya
Ia ialah Zaid bin Sahal Al Aswad atau yang biasa dipanggil Abu Thalhah. Dia merupakan sahabat Nabi saw. dan keponakan beliau. Dia salah satu pemimpin perang Badar dan satu dari dua belas pemimpin dalam insiden malam Aqabah.Dia dikenal sebagai sahabat yang selalu mengerjakan puasa secara berturut-turut sehabis Nabi Muhammad. Selain itu, dia termasuk sahabat yang tidak beropini bahwa menelan air hujan bagi orang yang berpuasa membatalkan puasa, dia berkata, “Karena itu tidak termasuk makanan dan minuman.”
Dia juga orang yang dikatakan dalam sabda Rasulullah saw., “Suara Abu Thalhah ialah yang paling baik di antara rombongan pasukan perang.” Dia mempunyai banyak keistimewaan.
1. Menikah dengan Mahar Paling Mulia
Abu Thalhah berniat melamar Ummu Sulaim sebagai istrinya, ia pun pergi ke rumah perempuan Muslimah baik-baik yang telah menjanda itu. Sesampai di rumah Ummu Sulaim, Abu Thalhah diterima dengan baik. Putra Ummu Sulaim, Anas, turut hadir dalam pertemuan tersebut. Abu Thalhah memberikan maksud kedatangannya, yaitu hendak melamar Ummu Sulaim.
Namun Ummu Sulaim menolak lamaran Abu Thalhah. "Sesungguhnya laki-laki menyerupai anda, hai Abu Thalhah, tidak pantas saya tolak lamarannya. Tetapi saya tidak akan kawin dengan anda, lantaran anda kafir," ujarnya. "Demi Allah, apakah yang menghalangimu untuk mendapatkan lamaranku, hai Ummu Sulaim?" tanya Abu Thalhah. Ummu Sulaim menjawab, "Saksikanlah, hai Abu Thalhah. Aku bersaksi kepada Allah dan Rasul-Nya, bergotong-royong kalau kau masuk agama Islam, saya rela menjadi suamimu tanpa emas dan perak. Cukuplah Islam itu menjadi mahar bagiku."
"Siapa yang harus meng-islamkanku?" tanya Abu Thalhah.
"Aku bisa."
"Bagaimana caranya?"
"Tidak sulit," kata Ummu Sulaim. "Ucapkan saja dua kalimah syahadat. Tiada Tuhan selain Allah dan bergotong-royong Muhammad Rasulullah. Setelah itu, kau harus pulang ke rumahmu dan menghancurkan berhala sembahanmu kemudian kau buang!"
Abu Thalhah tampak gembira. Ia kemudian mengucapkan dua kalimah syahadat. Setelah itu ia menikahi Ummu Sulaim dengan mahar, agama Islam.
2. Perannya dalam Syi'ar Islam
Mendengar isu ini, kaum Muslimin berkata, "Belum pernah kami dengar mahar kawin yang lebih mahal daripada mahar Ummu Sulaim. Maharnya masuk Islam." Sejak hari itu, Abu Thalhah berada di bawah naungan Islam. Segala daya dan upayanya ia korbankan untuk berkhidmat kepada Islam.
Abu Thalhah dan istrinya, Ummu Sulaim, termasuk "Kelompok 70" yang bersumpah setia (baiat) kepada Rasulullah di Aqabah. Ia ditunjuk oleh Rasulullah menjadi kepala salah satu regu dari 12 regu yang dibuat malam itu untuk mengislamkan Yatsrib.
Dia ikut berperang bersama Rasulullah dalam tiap peperangan yang ia pimpin. Ia mengasihi Rasulullah sepenuh hati dan segenap jiwa. Apabila Rasulullah berdua saja dengannya, dia bersimpuh di hadapan ia sambil berkata, "Inilah diriku, kujadikan tebusan bagi diri anda, dan wajahku menjadi pengganti wajah anda."
Ketika terjadi Perang Uhud, barisan kaum Muslimin terpecah-belah dan lari tunggang-langgang. Oleh alasannya itu, pasukan musyrikin sempat menerobos pertahanan mereka hingga ke erat Rasulullah. Musuh berhasil mencederai beliau, mematahkan gigi, dan melukai bibirnya.
Sehingga darah mengalir membahasi wajah Nabi. Lalu kaum musyrikin menyebarkan isu bahwa Rasulullah telah wafat. Mendengar teriakan kaum musyrikin itu, kaum Muslimin menjadi kecut, kemudian lari porak-poranda meninggalkan Rasulullah. Hanya segelintir orang yang saja yang bertahan, mengawal dan melindungi beliau. Di antara mereka ialah Abu Thalhah yang bangkit paling depan.
3. Kepribadian Abu Thalhah- Kisah Cinta Romantis Islami
Abu Thalhah juga sosok Muslim yang pemurah, ia kerap mengorbankan harta bendanya untuk agama Allah. Ia juga sering berpuasa dan berperang sepanjang hidupnya. Bahkan ia meninggal saat sedang berpuasa dan berperang fi sabilillah. Kurang lebih 30 tahun sehabis Rasulullah saw. wafat, dia senantiasa berpuasa, kecuali di hari raya. Umurnya mencapai usia lanjut, namun ketuaan tidak menghalanginya untuk berjihad di jalan Allah.
Pada masa Khalifah Utsman, kaum Muslimin bertekad hendak berperang di lautan. Abu Thalhah pun berkemas-kemas hendak turut berjihad dengan kaum Muslimin. Anak-anaknya protes. "Wahai ayah, engkau sudah tua, engkau sudah ikut berperang gotong royong dengan Rasulullah, bersama Abu Bakar dan Umar bin Al-Khathab. Kini ayah harus beristirahat, biarlah kami yang berperang untuk ayah," kata mereka.
Abu Thalhah menjawab, "Bukankah Allah telah berfirman: "Berangkatlah kau baik dalam keadaan merasa ringan maupun berat, dan berjihadlah kau dengan harta dan dirimu di jalan Allah. Yang demikian itu ialah lebih baik bagimu, kalau kau mengetahui." (QS At-Taubah: 41). Firman Allah itu memerintahkan kita semua, baik renta maupun muda. Allah tidak membatasi usia kita untuk berperang."
Ia pun ikut berperang. Ketika Abu Thalhah yang sudah lanjut usia itu berada di atas kapal di tengah lautan bersama tentara Muslimin, ia jatuh sakit kemudian meninggal dunia. Kaum Muslimin melihat-lihat daratan, mencari daerah pemakaman mayit Abu Thalhah. Namun sehabis enam hari berlayar, barulah mereka menemukan daratan. Selama itu mayit Abu Thalhah disemayamkan di tengah-tengah mereka di atas kapal, tanpa berubah sedikit pun. Bahkan ia menyerupai orang yang sedang tidur nyenyak.
Semoga bermanfaat.
ﺳُﺒْﺤَﺎﻧَﻚَ ﺍﻟﻠَّﻬُﻢَّ ﻭَﺑِﺤَﻤْﺪِﻙَ ﺃَﺷْﻬَﺪُ ﺃَﻥْ ﻻَ ﺇِﻟﻪَ ﺇِﻻَّ ﺃَﻧْﺖَ ﺃَﺳْﺘَﻐْﻔِﺮُﻙَ ﻭَﺃَﺗُﻮْﺏُ ﺇِﻟَﻴْﻚ
Maha suci Engkau ya Allah, dan segala puji bagi-Mu. Aku bersaksi bahwa tiada Tuhan melainkan Engkau. Aku mohon ampun dan bertaubat kepada-Mu.”
Sumber:
Sekian dulu sobat sedikit menyebarkan wacana Kisah Cinta Romantis Islami ini, semoga membawa berkah untuk kita semua.
jadipintar dot com
www.republika.co.id
Sumber-sumber lain yang telah diedit.
Post a Comment for "Kisah Cinta Romantis Islami, Dongeng Bubuk Thalhah Menikahi Ummu Sulaim Dengan Mahar Masuk Islamnya"