Al Anwar- Berani Melangkah Maju Atau Semakin Tertinggal?
Al Anwar- Berani Melangkah Maju Atau Semakin Tertinggal? dalam abad perkembangan zaman yang serba elektronik, semua harus berani melangkah untuk mengikuti serta jangan hingga keterbelakangan dengan yang ada.
Media merupakan suatu alat yang mempunyai peranan penting dalam upaya penyampaian suatu informasi ke masyarakat secara luas. Apabila seseorang bisa menguasai media maka dia bisa menguasai dunia. Kenapa bisa demikian?
Ini tak lain lantaran ketika media berhasil dikuasai, maka informasi yang tersebar luas akan bisa untuk disetir dan penyebarannya bisa sesuai kehendak. Parahnya, dikala ini yang menguasai media ialah kaum kapitalis. Pergeseran rujukan pikir masyarakat yang kerap digiring aneka macam media dari pencarian info berisi fakta berganti menuju info berisi sensasi sehingga muncullah aneka macam macam jadwal infotainment yang tak lain yaitu pengejawentahan dari imbas kapitalisme.
Kalangan muslim sendiri diperlukan turut serta me-manage segala informasi yang berkaitan dengan islam sehingga evaluasi akan islam tidak mengalami pergeseran makna.
Adalah hal yang miris ketika kita melaksanakan googling dengan memakai keyword kata "islam" atau "hal-hal yang identik dengan islam" semisal muharram akan tetapi yang kita dapati yaitu kenyatan bahwa islam yang nampak yaitu islam yang dianggap teroris, penuh anarkis, suka membid'ahkan, menyalahkan ulama' salafus shalih dan ritual-ritual yang kontroversi menyerupai ritual syi'ah di irak.
Hal remeh menyerupai ini bisa memberi pengaruh, alasannya yaitu dikala ini masyarakat awam lebih gampang tergiring dengan adanya trending topic yang bisa ditimbulkan oleh provokasi pihak tertentu, belum lagi permasalahan ketika seseorang tidak mengerti akan suatu permasalahan (khususnya persoalan keagamaan) bukannya meminta penjelasan pribadi kepada ahlinya akan tetapi mereka lebih menentukan googling di dunia maya dengan perangkat keyword seadanya, padahal kita mengetahui sendiri fungsi penggunaan keyword tidaklah maksimal dalam penelusuran.
Sering dari kaum awam terjebak oleh istilah-istilah tertentu yang secara dzahiriyyah mempunyai evaluasi baik yang dipakai oleh situs-situs aliran menyerupai wahhabi dan syi’ah, semisal kata konsultasi syari’ah serta kajian-kajian syari'ah islam yang dinisbatkan kepada orang-orang bergelar intelektual tertentu (Al-Imam, Al-Mujaddid, As-Syaikh, Ustadz ataupun gelar kesarjanaan menyerupai Lc) padahal nama-nama tersebut tak lain yaitu pembesar dari golongan tersebut. Berani Melangkah Maju Atau Semakin Tertinggal?
Yang cukup mengernyitkan dahi yaitu adanya sebagian kaum santri (karena yang mereka ketahui gelar syaikh hanya diberikan kepada orang berilmu agama tinggi dan sebagainya) yang sering kali silau dengan gelar-gelar tersebut tanpa mencari tahu terlebih dahulu siapa tolong-menolong mereka dan kapasitas keilmuannya serta sepak terjangnya apakah bisa diakui atau tidak, sehingga mereka kerap menukil ataupun copas dari artikel-artikel milik situs golongan tersebut lantaran mereka berfikir bahwa “inilah yang kucari”.
Jika kaum muslim terus membisu akan hal ini, maka usang kelamaan hal ini akan menjadi evaluasi yang permanen dan sulit hilang terutama bagi orang awam. Ada baiknya kalau sebagian kaum muslim mulai melek iptek dan berusaha memberi penjelasan atas aneka macam hal yang bertentangan dengan nilai islam di aneka macam media yang tersedia. Ada pepatah:
من ازداد خشوعا ازداد جهلا
"Barangsiapa semakin khusyu' (dalam artian menolak mentah-mentah pengetahuan teknologi dan informatika serta menganggapnya sebagai hal yang tidak perlu dipelajari) maka dia akan semakin bodoh (ketinggalan zaman)"
Hal ini selaras dengan maqolah lain yang mengatakan: “Seorang itu (baru bisa dianggap) berakal kalau dia mengenal (perkembangan dan perubahan) zamannya”
Hanya saja dikala ini kita terkendala dengan wadah konkrit untuk merealisasikannya. Masalah dana dan kontribusi kerap kali menjadi ganjalan demi membentuk wadah tersebut.
Para kiai, santri ataupun orang-orang yang berkompeten dalam urusan syari'at islam harus menggiatkan syi'ar dakwah di dua dimensi: dunia faktual sebagai perwujudan riil dan dunia maya sebagai bentuk kebutuhan mendesak untuk meluruskan aneka macam pemahaman yang menyimpang atau telah disalah artikan oleh beberapa pihak.
Mengepakkan sayap dan mengembangkannya lebar-lebar dalam urusan syi'ar ahlussunnah wal jama'ah yang sesungguhnya yaitu sebuah keharusan mengingat Jam'iyah Nahdlotul Ulama' sebagai figur yang mewakili kaum sunni di Indonesia mulai tergerus oleh perilaku lebih mengedepankan pemikiran liberal dan plural dalam urusan agama yang dilakukan oleh sebagian pembesar dari jam'iyah tersebut. Hal lebih indah dan elegan justru muncul dari kelompok minoritas sunni menyerupai NU garis lurus yang digawangi oleh Ad-Da'i ilallah Ustadz H. Luthfi Bashori di blog dia www.pejuangislam.com yang cukup kritis terhadap segala paham yang disalah artikan ihwal islam, begitu pula terhadap kinerja NU yang mulai lemah dan lesu dalam menegakkan nilai-nilai sunni di Indonesia. Sebuah oase penghilang dahaga akan perwujudan islam kaffah sangat ditunggu dalam bentuk-bentuk lain di media-media yang gres muncul di setiap perubahan dinamika masyarakat yang tak kunjung ada hentinya jawaban perkembangan teknologi yang terus berubah menjadi dari masa ke masa.
Ada baiknya kita memunculkan sebuah gebrakan yang nantinya mendorong setiap kaum muslimin dimanapun untuk berusaha membangkitkan media islam di tengah hiruk pikuk media-media non-agama yang berlomba menguasai abad globalisasi ini. Kita bisa merambah aneka macam media dan menyatukan visi berjuang untuk kebaikan islam demi menjaga keutuhan islam dari penggerogotan moral kapitalisme dan materialisme yang sedang marak dipasarkan di aneka macam media dikala ini.
Budaya hedonisme sudah selayaknya kita perangi dengan mewujudkan aneka macam media islam yang santun dan bermartabat sehingga menciptakan islam kembali disegani sebagai agama dengan pedoman yang ditujukan untuk seluruh alam semesta.
Kalaupun pada alhasil tetap gagal terwujud, kita jangan mengalah dan terus mengobarkan semangat kita dalam syi'ar islam ahlussunnah wal jama'ah melalui website, blog ataupun facebook kita masing-masing.
Mari kita penuhi daftar pencarian google dengan aneka macam situs kita sehingga islam bisa kembali kepada jalurnya sebagai islam kaffah "ahlussunnah wal jama'ah" yang rahmatan lil 'alamin sehingga lama-kelamaan penyebar informasi-informasi yang tidak sesuai kenyataan akan terkikis dan lenyap dengan sendirinya.
Tolak Ukur Keberhasilan Sebuah wacana kalau berhasil diwujudkan maka itu sudah merupakan modal awal dari sebuah keberhasilan. Meski untuk mencapai keberhasilan tersebut masih butuh ribuan langkah yang ditempuh biar bisa tercapai.
Jadi tak perlu takut perjuangan kita sia-sia atau cuma numpang lewat saja, yakinlah bahwa kadar sebuah kesuksesan itu tergantung dari perjuangan yang ditempuhnya. Jiks cukup berat jalan yang kita lalui maka bersiaplah untuk menuai hasil yang insya allah lebih dari yang kita perkirakan dan jangan lupa pula pahala yang sudah dijanjikan Allah kepada para pejuang islam.
Semakin kita luwes dalam berdakwah islam maka capaian kita akan berlipat-lipat sesuai jalan yang kita lalui dan media islam akan mempunyai kawasan tersendiri di hati pemirsanya kelak.
Jadi, masih berani melangkah maju atau mau terus-menerus tertinggal?
Demikian teman sedikit coretan Berani Melangkah Maju Atau Semakin Tertinggal? ini, semoga bermanfaat.
sumberr:
ppalanwar.com
Media merupakan suatu alat yang mempunyai peranan penting dalam upaya penyampaian suatu informasi ke masyarakat secara luas. Apabila seseorang bisa menguasai media maka dia bisa menguasai dunia. Kenapa bisa demikian?
Ini tak lain lantaran ketika media berhasil dikuasai, maka informasi yang tersebar luas akan bisa untuk disetir dan penyebarannya bisa sesuai kehendak. Parahnya, dikala ini yang menguasai media ialah kaum kapitalis. Pergeseran rujukan pikir masyarakat yang kerap digiring aneka macam media dari pencarian info berisi fakta berganti menuju info berisi sensasi sehingga muncullah aneka macam macam jadwal infotainment yang tak lain yaitu pengejawentahan dari imbas kapitalisme.
Berani Melangkah Maju Atau Semakin Tertinggal?
Di sisi lain, perkembangan media dikala ini cenderung terus berkembang tak terkendali, mulai media televisi, radio, koran, ataupun yang berkaitan dengan dunia maya. Yang cukup mengundang perhatian khalayak sampaumur ini yaitu dunia maya, aneka macam penemuan teknologi terus bermunculan tiada henti dalam sektor ini, sehingga memberi jawaban munculnya media-media gres yang masih belum sempat tergarap oleh beberapa kalangan, sehingga menjadi PR yang harus diatasi setiap dikala lantaran setiap media mempunyai ruang lingkup tersendiri.Kalangan muslim sendiri diperlukan turut serta me-manage segala informasi yang berkaitan dengan islam sehingga evaluasi akan islam tidak mengalami pergeseran makna.
Adalah hal yang miris ketika kita melaksanakan googling dengan memakai keyword kata "islam" atau "hal-hal yang identik dengan islam" semisal muharram akan tetapi yang kita dapati yaitu kenyatan bahwa islam yang nampak yaitu islam yang dianggap teroris, penuh anarkis, suka membid'ahkan, menyalahkan ulama' salafus shalih dan ritual-ritual yang kontroversi menyerupai ritual syi'ah di irak.
Hal remeh menyerupai ini bisa memberi pengaruh, alasannya yaitu dikala ini masyarakat awam lebih gampang tergiring dengan adanya trending topic yang bisa ditimbulkan oleh provokasi pihak tertentu, belum lagi permasalahan ketika seseorang tidak mengerti akan suatu permasalahan (khususnya persoalan keagamaan) bukannya meminta penjelasan pribadi kepada ahlinya akan tetapi mereka lebih menentukan googling di dunia maya dengan perangkat keyword seadanya, padahal kita mengetahui sendiri fungsi penggunaan keyword tidaklah maksimal dalam penelusuran.
Sering dari kaum awam terjebak oleh istilah-istilah tertentu yang secara dzahiriyyah mempunyai evaluasi baik yang dipakai oleh situs-situs aliran menyerupai wahhabi dan syi’ah, semisal kata konsultasi syari’ah serta kajian-kajian syari'ah islam yang dinisbatkan kepada orang-orang bergelar intelektual tertentu (Al-Imam, Al-Mujaddid, As-Syaikh, Ustadz ataupun gelar kesarjanaan menyerupai Lc) padahal nama-nama tersebut tak lain yaitu pembesar dari golongan tersebut. Berani Melangkah Maju Atau Semakin Tertinggal?
Yang cukup mengernyitkan dahi yaitu adanya sebagian kaum santri (karena yang mereka ketahui gelar syaikh hanya diberikan kepada orang berilmu agama tinggi dan sebagainya) yang sering kali silau dengan gelar-gelar tersebut tanpa mencari tahu terlebih dahulu siapa tolong-menolong mereka dan kapasitas keilmuannya serta sepak terjangnya apakah bisa diakui atau tidak, sehingga mereka kerap menukil ataupun copas dari artikel-artikel milik situs golongan tersebut lantaran mereka berfikir bahwa “inilah yang kucari”.
Jika kaum muslim terus membisu akan hal ini, maka usang kelamaan hal ini akan menjadi evaluasi yang permanen dan sulit hilang terutama bagi orang awam. Ada baiknya kalau sebagian kaum muslim mulai melek iptek dan berusaha memberi penjelasan atas aneka macam hal yang bertentangan dengan nilai islam di aneka macam media yang tersedia. Ada pepatah:
من ازداد خشوعا ازداد جهلا
"Barangsiapa semakin khusyu' (dalam artian menolak mentah-mentah pengetahuan teknologi dan informatika serta menganggapnya sebagai hal yang tidak perlu dipelajari) maka dia akan semakin bodoh (ketinggalan zaman)"
Hal ini selaras dengan maqolah lain yang mengatakan: “Seorang itu (baru bisa dianggap) berakal kalau dia mengenal (perkembangan dan perubahan) zamannya”
Hanya saja dikala ini kita terkendala dengan wadah konkrit untuk merealisasikannya. Masalah dana dan kontribusi kerap kali menjadi ganjalan demi membentuk wadah tersebut.
Berani Melangkah Maju Atau Semakin Tertinggal?
Seumpama saja kita saling pundak membahu dan bergerak bersama-sama mengingat pentingnya hal ini. Ingatlah bahwa lawan yang kita hadapi dibiayai oleh kaum barat demi merusak islam dari dalam (bahkan bermuara dari sentra islam). Kaprikornus tak ada alasan bagi kita untuk menggelontorkan segenap kemampuan kita entah berupa kemampuan menulis, berbagi ataupun sekedar mendanai demi tercapainya al-maqsud al-a'dzam kita ini. Sehingga amar ma'ruf nahi mungkar terealisasi di aneka macam lingkup masyarakat.Para kiai, santri ataupun orang-orang yang berkompeten dalam urusan syari'at islam harus menggiatkan syi'ar dakwah di dua dimensi: dunia faktual sebagai perwujudan riil dan dunia maya sebagai bentuk kebutuhan mendesak untuk meluruskan aneka macam pemahaman yang menyimpang atau telah disalah artikan oleh beberapa pihak.
Mengepakkan sayap dan mengembangkannya lebar-lebar dalam urusan syi'ar ahlussunnah wal jama'ah yang sesungguhnya yaitu sebuah keharusan mengingat Jam'iyah Nahdlotul Ulama' sebagai figur yang mewakili kaum sunni di Indonesia mulai tergerus oleh perilaku lebih mengedepankan pemikiran liberal dan plural dalam urusan agama yang dilakukan oleh sebagian pembesar dari jam'iyah tersebut. Hal lebih indah dan elegan justru muncul dari kelompok minoritas sunni menyerupai NU garis lurus yang digawangi oleh Ad-Da'i ilallah Ustadz H. Luthfi Bashori di blog dia www.pejuangislam.com yang cukup kritis terhadap segala paham yang disalah artikan ihwal islam, begitu pula terhadap kinerja NU yang mulai lemah dan lesu dalam menegakkan nilai-nilai sunni di Indonesia. Sebuah oase penghilang dahaga akan perwujudan islam kaffah sangat ditunggu dalam bentuk-bentuk lain di media-media yang gres muncul di setiap perubahan dinamika masyarakat yang tak kunjung ada hentinya jawaban perkembangan teknologi yang terus berubah menjadi dari masa ke masa.
Ada baiknya kita memunculkan sebuah gebrakan yang nantinya mendorong setiap kaum muslimin dimanapun untuk berusaha membangkitkan media islam di tengah hiruk pikuk media-media non-agama yang berlomba menguasai abad globalisasi ini. Kita bisa merambah aneka macam media dan menyatukan visi berjuang untuk kebaikan islam demi menjaga keutuhan islam dari penggerogotan moral kapitalisme dan materialisme yang sedang marak dipasarkan di aneka macam media dikala ini.
Budaya hedonisme sudah selayaknya kita perangi dengan mewujudkan aneka macam media islam yang santun dan bermartabat sehingga menciptakan islam kembali disegani sebagai agama dengan pedoman yang ditujukan untuk seluruh alam semesta.
Kalaupun pada alhasil tetap gagal terwujud, kita jangan mengalah dan terus mengobarkan semangat kita dalam syi'ar islam ahlussunnah wal jama'ah melalui website, blog ataupun facebook kita masing-masing.
Mari kita penuhi daftar pencarian google dengan aneka macam situs kita sehingga islam bisa kembali kepada jalurnya sebagai islam kaffah "ahlussunnah wal jama'ah" yang rahmatan lil 'alamin sehingga lama-kelamaan penyebar informasi-informasi yang tidak sesuai kenyataan akan terkikis dan lenyap dengan sendirinya.
Tolak Ukur Keberhasilan Sebuah wacana kalau berhasil diwujudkan maka itu sudah merupakan modal awal dari sebuah keberhasilan. Meski untuk mencapai keberhasilan tersebut masih butuh ribuan langkah yang ditempuh biar bisa tercapai.
Jadi tak perlu takut perjuangan kita sia-sia atau cuma numpang lewat saja, yakinlah bahwa kadar sebuah kesuksesan itu tergantung dari perjuangan yang ditempuhnya. Jiks cukup berat jalan yang kita lalui maka bersiaplah untuk menuai hasil yang insya allah lebih dari yang kita perkirakan dan jangan lupa pula pahala yang sudah dijanjikan Allah kepada para pejuang islam.
Semakin kita luwes dalam berdakwah islam maka capaian kita akan berlipat-lipat sesuai jalan yang kita lalui dan media islam akan mempunyai kawasan tersendiri di hati pemirsanya kelak.
Jadi, masih berani melangkah maju atau mau terus-menerus tertinggal?
Demikian teman sedikit coretan Berani Melangkah Maju Atau Semakin Tertinggal? ini, semoga bermanfaat.
sumberr:
ppalanwar.com
Post a Comment for "Al Anwar- Berani Melangkah Maju Atau Semakin Tertinggal?"