Skip to content Skip to sidebar Skip to footer

Al-Anwar- Pesan Tersirat Yakin Pada Kesepakatan Allah

Al-Anwar Hikmah Yakin pada Janji Allah, pondok pesantren Al-anwar sarang rembang. Berdasarkan rujukan dari pengertian hikmah, dongeng pesan tersirat islam, arti hikmah, pesan tersirat puasa senin kamis, ilmu hikmah, kata hikmah, pesan tersirat puasa, serta lagu pesan tersirat yang gres dicari kawulo muda ketika ini.

 Berdasarkan rujukan dari pengertian pesan tersirat Al-Anwar- Hikmah Yakin pada Janji Allah






Al-Anwar- Hikmah, Yakin pada Janji Allah


اجتهادك فيما ضمن لك وتقصيرك فيما طلب منك دليل على انطماس البصيرة فيك

"Usaha kau pada kasus yang sudah dijamin Allah dan lalai kau akan kiprah yang diwajibkan padamu ialah sebagai menunjukan akan padamnya mata hatimu"

1. Penjelasan

Etika yang tidak kalah penting bagi seorang mukmin ialah yakin akan kesepakatan Allah. Seorang yang patuh kepada Allah harus melaksanakan kewajiban-kewajiban yang telah dibebankan kepadanya. Jika kewajiban tersebut telah dilaksanakan dengan baik dan benar, maka Allah akan memenuhi janjinya, yaitu mensejahterakan kehidupan dan menimbulkan masyarakat disekelilingnya patuh demi kebaikan mukmin tadi. 

Hal tersebut tidak lain lantaran Allah telah memerintahkan kita, dan di sisi lain Allah juga telah berjanji akan menanggung kehidupan kita. Oleh lantaran itu, yang harus kita laksanakan ialah mencurahkan segala kemampuan dan pikiran untuk melaksanakan kewajiban-kewajiban yang telah dibebankan Allah. Kita juga harus yakin akan tanggungan Allah yang telah dijanjikan kepada kita, sehingga kita tidak perlu pusing untuk memikirkan diri kita sendiri.

Sebagai insan kita harus tahu bahwa semua makhluk baik hewan, tumbuh-tumbuhan, maupun benda mati niscaya diberi kewajiban oleh Allah SWT. Coba kita amati makhluk-makhluk kecil yang tidak bisa tampak kecuali dengan pembesar (mikroskop). Kemudian makhluk yang lebih besar dan lebih besar lagi hingga planet dan bintang-bintang dengan banyak sekali jenisnya, burung-burung serta ikan yang ada di laut. Maka kita akan menemukan bahwa semua makhluk tersebut melaksanakan kewajiban atau rutinitas yang telah di menetapkan Allah. Semuanya tidak ada yang melanggar atau keluar dari jalur aturan Allah. Hal ini sesuai dengan firman-Nya dalam surat Al-Nur ayat 41:



أَلَمْ تَرَ أَنَّ اللَّهَ يُسَبِّحُ لَهُ مَنْ فِي السَّمَاوَاتِ وَالْأَرْضِ وَالطَّيْرُ صَافَّاتٍ كُلٌّ قَدْ عَلِمَ صَلَاتَهُ وَتَسْبِيحَهُ وَاللَّهُ عَلِيمٌ بِمَا يَفْعَلُونَ.

Artinya : "Tidaklah kau tahu bekerjsama Allah: kepada-Nya bertasbih apa yang di langit dan di bumi dan (juga) burung dengan mengembangkan sayapnya. masing-masing Telah mengetahui (cara) sembahyang dan tasbihnya, dan Allah Maha mengetahui apa yang mereka kerjakan". (QS. Al-Nur: 41).

Manusia bukanlah makhluk yang baru, namun insan sangat berbeda dengan makhluk yang lain lantaran insan diberi petunjuk pada sesuatu yang penting. Kalau makhluk lain melaksanakan kewajibannya dengan paksaan dan watak (insting), maka insan diciptakan oleh Allah mempunyai kemauan dan harapan (ikhtiar). Oleh lantaran itu, insan melaksanakan kewajibannya dengan ikhtiar tersebut bukan dengan paksaan pada dirinya. Hal ini tidak lain untuk memuliakan dan mensucikan insan biar tidak disamakan menyerupai binatang dan makhluk lainnya yang hanya berdasar pada insting belaka.

Hal di atas lah yang menimbulkan sebagian besar insan durhaka, bahkan menyimpang dari kewajiban-kewajiban yang telah dibebankan. Sementara itu, makhluk-makhluk lain dengan banyak sekali jenisnya selalu patuh dan melaksanakan kewajiban serta kiprah yang diciptakan untuknya. Ini lantaran insan melaksanakan kewajiban atau rutinitasnya dengan hurriyyah (kemerdekaan, kemandirian) dan kesenangannya. Makara penyimpangan dan kepatuhan niscaya bisa timbul pada diri manusia. Adapun makhluk lain, dalam melaksanakan kewajibannya, sebagaimana pada benda-benda mati dan tumbuh-tumbuhan maka dengan menggunakan watak / insting menyerupai halnya pada binatang-binatang. Makara penyelewengan akan tertutup dan tidak akan timbul. Ini sesuai dengan firman Allah dalam surat Al-Hajj ayat 18:

أَلَمْ تَرَ أَنَّ اللَّهَ يَسْجُدُ لَهُ مَنْ فِي السَّمَاوَاتِ وَمَنْ فِي الْأَرْضِ وَالشَّمْسُ وَالْقَمَرُ وَالنُّجُومُ وَالْجِبَالُ وَالشَّجَرُ وَالدَّوَابُّ وَكَثِيرٌ مِنَ النَّاسِ وَكَثِيرٌ حَقَّ عَلَيْهِ الْعَذَابُ وَمَنْ يُهِنِ اللَّهُ فَمَا لَهُ مِنْ مُكْرِمٍ إِنَّ اللَّهَ يَفْعَلُ مَا يَشَاءُ.

Artinya : "Apakah kau tiada mengetahui, bahwa kepada Allah bersujud apa yang ada di langit, di bumi, matahari, bulan, bintang, gunung, pohon-pohonan, binatang-binatang yang melata dan sebagian besar daripada manusia? dan banyak di antara insan yang Telah ditetapkan azab atasnya. dan barangsiapa yang dihinakan Allah Maka tidak seorangpun yang memuliakannya. Sesungguhnya Allah berbuat apa yang dia kehendaki (QS. Al-Hajj: 18).

Dalam ayat diatas sudah sangat terang bahwa yang dimaksud sujud ialah patuh pada kewajiban atau kiprah yang dibebankan Allah pada makhluk. Coba kita lihat dalam ayat tersebut bahwa Allah mengumumkan kepatuhan semua makhluk yang disebut, pada perintah-perintah yang telah dibebankan-Nya. Lalu ketika hingga pada manusia, maka Allah menjelaskan bahwa pada insan itu ada yang patuh dan ada yang durhaka. Oleh lantaran itu, Allah menyampaikan (menyambung) dengan lafadz كثير من الناس (sebagian banyak manusia), bukan dengan lafadz كل الناس (semua manusia), lebih-lebih setelah itu Allah menjelaskan bahwa yang paling banyak ialah insan yang durhaka sehingga mereka akan mendapat siksa-Nya.

Dari fenomena itulah, maka banyak sekali orang yang bersungguh-sungguh dalam mencari kebutuhan hidup (padahal hal tersebut sudah ditanggung oleh Allah), namun mereka malah lalai dalam melaksanakan tugas-tugas dan kewajiban yang telah dibebankan oleh Allah SWT. Ini menunjukkan betapa buramnya hati mereka sebagaimana kata pesan tersirat Ibnu 'Atho'illah : "Kesungguhanmu dalam hal-hal yang telah di tanggung oleh Allah dan kecerobohanmu dalam hal-hal yang di perintahkan kepadamu ialah bukti betapa buramnya hatimu".

2. Dalil

a. Surat Al-Dzariyyat ayat 56

وَمَا خَلَقْتُ الْجِنَّ وَالْإِنْسَ إِلَّا لِيَعْبُدُونِ.

Artinya: "Dan Aku tidak membuat jin dan insan melainkan supaya mereka mengabdi kepada-Ku". (QS. Al-Dzariyyat: 56).

b. Surat Al-Nahl ayat 97

مَنْ عَمِلَ صَالِحًا مِنْ ذَكَرٍ أَوْ أُنْثَى وَهُوَ مُؤْمِنٌ فَلَنُحْيِيَنَّهُ حَيَاةً طَيِّبَةً وَلَنَجْزِيَنَّهُمْ أَجْرَهُمْ بِأَحْسَنِ مَا كَانُوا يَعْمَلُونَ.

Artinya : "Barangsiapa yang mengerjakan amal saleh, baik pria maupun wanita dalam keadaan beriman, Maka Sesungguhnya akan kami berikan kepadanya kehidupan yang baik dan Sesungguhnya akan kami beri tanggapan kepada mereka dengan pahala yang lebih baik dari apa yang Telah mereka kerjakan". (QS. Al-Nahl: 97).

3. Aplikasi

Allah memang tidak akan mengingkari janji-Nya dan seandainya saja sejarah tidak menyaksikan kebenaran kesepakatan Allah tersebut, maka akan ada keraguan pada diri orang Islam. Mereka niscaya akan ragu pada kesepakatan Allah, melihat zaman kini ini banyak orang Islam yang sangat lemah keyakinannya atas kesepakatan Allah.

Sejarah Islam telah berbicara kepada indera pendengaran dunia ini atas kebenaran janji-janji Allah. Pada awal pertumbuhan Islam, orang muslim hanyalah sekelompok kecil dari orang-orang Arab. Namun setelah mereka mendengarkan perintah Allah, menjalankan kiprah yang telah dibebankan oleh-Nya, beriman kepada-Nya, percaya akan kesepakatan dan aturan Allah, serta berusaha sekuat tenaga untuk menjalankan tugas-tugas yang diwajibkan (beribadah kepada Allah), maka Allah memenuhi kesepakatan yang telah disanggupi-Nya.

Allah telah berfirman dalam surat Ibrahim ayat 13-14:

وَقَالَ الَّذِينَ كَفَرُوا لِرُسُلِهِمْ لَنُخْرِجَنَّكُمْ مِنْ أَرْضِنَا أَوْ لَتَعُودُنَّ فِي مِلَّتِنَا فَأَوْحَى إِلَيْهِمْ رَبُّهُمْ لَنُهْلِكَنَّ الظَّالِمِينَ . وَلَنُسْكِنَنَّكُمُ الْأَرْضَ مِنْ بَعْدِهِمْ ذَلِكَ لِمَنْ خَافَ مَقَامِي وَخَافَ وَعِيدِ

Artinya : "Orang-orang kafir berkata kepada rasul-rasul mereka: "Kami sungguh-sungguh akan mengusir kau dari negeri kami atau kau kembali kepada agama kami". Maka Tuhan mewahyukan kepada mereka: "Kami niscaya akan membinasakan orang- orang yang zalim itu, Dan kami niscaya akan menempatkan kau di negeri-negeri itu setelah mereka. yang demikian itu (adalah untuk) orang-orang yang takut (akan menghadap) kehadirat-Ku dan yang takut kepada ancaman-Ku" (QS. Ibrahim ayat 13-14).

Kita telah mengetahui bahwa Allah telah menaklukkan kerajaan Romawi, Persia dan Yunani, serta menimbulkan orang Islam (sekelompok kecil orang Arab) sebagai pemimpin di negara-negara tersebut. Allah juga telah mewariskan bumi dan kekayaan yang ada dalam negara-negara tersebut kepada mereka.

Orang yang mau berfikir pada sejarah tersebut niscaya akan heran atas apa yang telah Allah penuhi sebagai ganti atas apa yang telah bangsa Arab lakukan. Orang tersebut akan menemukan bahwa kejadian tersebut tidak ada keraguan lagi.

Contoh realita yang lebih terang lagi ialah ucapan Sayyidina Umar ra. kepada Abu Ubaidah. Suatu ketika Sayyidina Umar ra. hingga ke negara Syam dan bertemu dengan pembesar-pembesar negara tersebut. Waktu itu Sayyidina Umar menggunakan baju yang tidak kurang dari dua belas tambalan. Pada waktu itu juga Abu Ubaidah berbisik pada indera pendengaran Sayyidina Umar supaya ia mengganti pakaiannya, maka Sayyidina Umar mengatakan: "Kita ialah suatu kelompok yang dimuliakan Allah dengan Islam. Dan kapan saja kita mencari kemuliaan dengan cara yang tidak dimuliakan Allah, maka Allah niscaya akan menghina kita".

Seandainya saja Sayyidina Umar ra. menggunakan baju yang glamor dan menghadap pembesar-pembesar Syam dengan sombong, niscaya hal tersebut akan mengisyaratkan bahwa bangsa Arab bisa menang dan mengalahkan mereka dengan kemewahan tersebut. Dengan demikian akan muncul distorsi pada alasannya ialah yang hakiki dan akan melupakan anugerah Allah yang telah menolong dan memuliakan orang Arab. Oleh lantaran itu, pembesar-pembesar Syam harus melihat realita keadaan bangsa Arab pada waktu itu, sehingga mereka tahu bahwa yang mengangkat bangsa Arab hanyalah Allah SWT.

 Al-Anwar Hikmah Yakin pada Janji Allah

Itulah perilaku yang ditampilkan Sayyidina Umar ra. pada pembesar-pembesar Syam, yaitu dengan menggunakan baju tambalan yang mengandung dua hal pokok :

1). Sangat minimnya sarana dan prasarana untuk mencapai kemenangan orang arab dan sungguh tidak ada tipe untuk bisa mengalahkan musuh-musuhnya yang sangat kuat.

2). Kekuasaan Tuhanlah yang telah mengangkat derajat dan mengharumkan nama mereka dan Allah-lah yang menganugrahi segala keagungan padahal mereka sangat-sangat lemah.

Adapun kita kini ini sebagai generasi mereka, maka kita justru tidak mau bangun dengan kiprah yang dibebankan Allah kepada kita. Kita juga tidak mempercayai kesepakatan Allah dan tidak mau berkaca pada sejarah Islam. Kebanyakan dari kita justru berkelana ke penjuru dunia dan mencari pintu-pintu kehinaan, bukannya pintu kemuliaan Allah. Hal itu akan semakin menambah kerugian jikalau kita tidak mau kembali pada pintu yang telah di tunjukkan Allah dan melaksanakan tugas-tugas yang dibebankan-Nya.

4. Kewajiban seorang mukmin


Adapun kewajiban agama yang dibebankan Allah kepada mukmin dan keluarganya dalam budbahasa ini ialah mencar ilmu hukum-hukum agama, mengetahui aqidah-aqidah islam beserta dalil-dalinya, mencar ilmu Al-Qur'an beserta tafsir dan mendidik keluarganya dengan tarbiyyah (pendidikan) Islam. Dia juga harus bersungguh-sungguh dalam mencari rizqi dengan cara-cara yang di syari'atkan oleh Allah. Walaupun pada kenyataannya mencari rizqi ialah kebutuhan duniawi, namun pada hakekatnya ialah bab dari kiprah yang dibebankan oleh Allah SWT, lebih-lebih jikalau dalam mencari rizqi tersebut bertujuan untuk menjalankan perintah Allah sebagaimana dalam Al-Qur'an surat Al Mulk ayat 15:

هُوَ الَّذِي جَعَلَ لَكُمُ الْأَرْضَ ذَلُولًا فَامْشُوا فِي مَنَاكِبِهَا وَكُلُوا مِنْ رِزْقِهِ وَإِلَيْهِ النُّشُورُ.

Artinya: "Dialah yang menimbulkan bumi itu gampang bagi kamu, maka berjalanlah di segala penjurunya dan makanlah sebagian dari rizqi-Nya. dan Hanya kepada-Nya-lah kau (kembali setelah) dibangkitkan". (QS. Al Mulk: 15).

Bahkan mencari rizqi dengan cara dan tujuan menyerupai di atas merupakan bab dari jihad di jalan Allah.

Imam Thabarani dalam kitab mu'jamnya, meriwayatkan hadist dari Ka'ab bin Ujrah. Suatu ketika Rasulullah SAW keluar bersama shahabatnya. Kemudian mereka melihat seseorang yang bekerja pagi-pagi sekali. Mereka sangat heran ketika melihat kerja keras dan semangat orang itu. Lalu salah satu dari shahabat berkata : "Celaka orang ini. Seandainya saja dia mau jihad di jalan Allah". Kemudian Rasulullah bersabda :

إن كان خرج يسعى على ولد له صغارا فهو في سبيل الله وان كان خرج يسعى على ابوين شيخين فهو في سبيل الله وان كان خرج يسعى على نفسه ليعفها فهو في سبيل الله وان كان يسعى على اهله فهو في سبيل الله وان كان خرج يسعى تفاخرا فهو في سبيل الشيطان

Artinya : "Jika orang tersebut bekerja untuk bawah umur kecilnya, maka orang tersebut berda dalam jalan Allah. Dan jikalau orang tersebut bekerja untuk kedua orang tuanya, maka dia juga berada di jalan Allah. Dan jikalau orang tersebut bekerja untuk memenuhi kebutuhannya sendiri maka orang tersebut juga berada di jalan Allah dan jikalau orang tersebut bekerja untuk kesombongan dan mencari kekayaan, maka dia berada di jalan syaitan."

Memang ibadah itu tidak hanya tertentu dalam sholat, puasa, haji, membaca al-Qur'an dan berdzikir. Ibadah juga meliputi semua perbuatan-perbuatan untuk mencari kedekatan kepada Allah. Oleh lantaran itu, semua jenis pekerjaan, perdagangan, pertanian dan pembangunan ialah bab dari ibadah.

Namun yang perlu diketahui ialah semua perjuangan yang dilakukan untuk mencari ridla Allah itu harus disyari'atkan dan diperbolehkan. Usaha-usaha tersebut juga harus dilakukan setelah ibadah-ibadah wajib yang menjadi rukun islam di kerjakan dengan baik. 


Sebelum itu salik juga harus mengatahui dua sumber utama aturan Islam, yaitu Al-Qur'an dan Al-Hadist. Salik juga harus mengetahui hukum-hukum syari'at islam yang menjadi dasar dan hukum-hukum yang berafiliasi dengan individu.

Memang kebanyakan acara duniawi kini ini sangat jauh dari apa yang telah dikatakan Rasulullah bekerjsama dia berada di jalan Allah. Jika kita melihat secara umum dikuasai masyarakat, maka kita akan tahu bahwa mereka memang lupa atau sengaja melupakan perintah-perintah dan tugas-tugas yang telah di bebankan Allah. Mereka tidak mau tahu aturan agama Islam dan membuang serta melupakan risalah Al-Qur'an yang telah diturunkan Allah SWT. 


Lafadz-lafadz Al-Qur'an abnormal di pengecap mereka apalagi artinya. Merekalah realita dari ucapan Ibnu 'Atha'illah :

"Kesungguhanmu dalam hal-hal yang telah di tanggung oleh Allah dan kecerobohanmu dalam hal-hal yang diperintahkan kepadamu ialah bukti betapa buramnya hatimu".

- والله أعلم بالصواب -


Sekian dulu sahabat sedikit menyebarkan tentang Al-Anwar Hikmah Yakin pada Janji Allah ini, semoga bermanfaat dan mendapat ilmu yang maksimal serta sanggup bertambah selalu keyakinan kita.

Post a Comment for "Al-Anwar- Pesan Tersirat Yakin Pada Kesepakatan Allah"