Skip to content Skip to sidebar Skip to footer

Kisah Bilal Bin Rabah Muadzdzin Rasul Lengkap

Biografi Kisah Bilal Muadzdzin Rasul yang Pertama Mengumandangkan Adzan ini, Nama lengkapnya Bilal bin Rabah Al-Habasyi. Ia berasal dari negeri Habasyah, kini Ethiopia. Ia biasa dipanggil Abu Abdillah dan digelari Muadzdzin Ar-Rasul. Bilal lahir di kawasan as-Sarah sekitar 43 tahun sebelum hijrah.

Muadzdzin Rasul yang Pertama Mengumandangkan Adzan ini Kisah Bilal bin Rabah Muadzdzin Rasul Lengkap
 

بِسْــــــــــــــــمِ اﷲِالرَّحْمَنِ اارَّحِيم

1. Disiksa Karena Masuk Islam-Cerita Sahabat Nabi Bilal bin Rabah

Ia berpostur tinggi, kurus, warna kulitnya cokelat, pelipisnya tipis, dan rambutnya lebat. Ibunya ialah hamba sahaya (budak) milik Umayyah bin Khalaf dari Bani Jumuh. Bilal menjadi budak mereka hingga kesudahannya ia mendengar perihal Islam. Lalu, ia menemui Rasulullah saw. dan mengikrarkan diri masuk Islam. Ia merupakan kalangan sahabat Rasulullah yang berasal dari non-Arab.
 

Menyebut nama Bilal bin Rabah, kita niscaya terbayang kisah keteguhan hati seorang Muslim sejati. Betapa tidak. Saat umat Islam masih berjumlah sekian orang serta kekejaman yang diterima kaum Muslim, seorang budak berkulit kelam bertekad lingkaran dan mengikrarkan diri beriman kepada Allah swt.

2. Adzan pertama Di Madinah-Kisah Sahabat Nabi Bilal
Saat Rasulullah saw. berhijrah ke Madinah, Bilal pun turut serta bersama kaum Muslim lainnya. Ketika Masjid Nabawi selesai dibangun, Rasulullah saw. mensyariatkan adzan. Rasulullah saw. kemudian menunjuk Bilal untuk mengumandangkan adzan alasannya ialah ia mempunyai bunyi yang merdu. Lalu, Bilal mengumandangkan adzan sebagai membuktikan dilaksanakannya shalat lima waktu. Sejak dikala itu, Bilal menerima julukan sebagai Muadzdzin ar-Rasul dan ia menjadi muadzin pertama dalam sejarah Islam.
 

Setelah sekian usang tinggal di Madinah, Bilal senantiasa menjadi pengumandang adzan. Biasanya, sesudah mengumandangkan adzan, Bilal berdiri di depan pintu rumah Rasulullah saw. seraya berseru, "Hayya 'alashshalaati hayya 'alashshalaati (Mari melaksanakan shalat, mari meraih keuntungan)." Lalu, ketika Rasulullah saw. keluar dari rumah dan Bilal melihatnya, ia segera melantunkan iqamat sebagai tanda shalat berjamaah akan segera dimulai.

3. Adzan Pertama di Makkah-Kisah Lengkap Bilal bin Rabah

 
Ketika menaklukkan Kota Makkah (Fathu Makkah), Rasulullah saw. berjalan di depan pasukan Muslim bersama Bilal. Saat masuk Ka'bah, dia hanya ditemani oleh tiga orang sahabat, yaitu Utsman bin Thalhah, Usamah bin Zaid, dan Bilal bin Rabah. Tak usang kemudian, waktu shalat Dzuhur pun tiba. Ribuan orang berkumpul di sekitar Rasulullah saw. termasuk orang-orang kafir Quraisy yang gres masuk Islam dikala itu. Pada saat-saat yang sangat bersejarah itu, Rasulullah saw. memanggil Bilal supaya naik ke atap Ka'bah untuk mengumandangkan adzan. Tanpa menunggu perintah kedua, Bilal segera beranjak dan melaksanakan perintah tersebut dengan bahagia hati. Ia pun mengumandangkan adzan dengan suaranya yang higienis dan jelas. 


Orang-orang semakin banyak berkumpul. Adzan yang dikumandangkan Bilal itu merupakan adzan pertama di Makkah. Ribuan pasang mata memandang Bilal dan ribuan pengecap mengikuti kalimat adzan yang dikumandangkannya. Saat hingga pada kalimat, "Asyhadu anna Muhammadar Rasuulullaahi (Aku bersaksi bahwa Muhammad ialah utusan Allah)." Juwairiyah binti Abu Jahal bergumam, "Sungguh, Allah telah mengangkat kedudukanmu. Memang, kami tetap akan shalat, tapi demi Allah, kami tidak menyukai orang yang telah membunuh orang-orang yang kami sayangi." Maksud Juwairiyah ialah ayahnya yang tewas dalam Perang Badar.

Sejak dikala itu, Bilal pun populer sebagai muadzin Rasul. Bahkan, ia menjadi muadzin tetap dikala Rasul masih hidup. Tidak ada orang lain yang menggantikan Bilal. Yang lain pun tak keberatan Bilal melakukannya.

4. Mengajukan Pensiun Sebagai Muadzin-Adzan Terakhir Sahabat Bilal

 
Namun, dikala Rasul saw. wafat dan ketika shalat akan dikumandangkan, Bilal pun segera berdiri untuk melaksanakan kewajibannya. Saat itu, jasad Rasulullah saw. masih terbungkus kain kafan dan belum dikebumikan.

Maka, ketika Bilal hingga pada kalimat, "Asyhadu anna Muhammadar Rasuulullaahi (Aku bersaksi bahwa Muhammad ialah utusan Allah)," tiba-tiba suaranya terhenti. Bilal menangis. Ia tidak sanggup mengangkat suaranya lagi. Bilal mencicipi betapa sedihnya ditinggalkan oleh insan yang paling dicintainya. Tak hanya kaum Muslim, Allah pun mengasihi Rasulullah saw. Seperti dikomando, tangisan Bilal itu diiringi oleh kaum Muslim yang hadir. Mereka semua menangis alasannya ialah ditinggal pergi sang kekasih.
Dalam Shuwar min Hayaatis Shahabah karya Dr Abdurrahman Ra'fat Basya, dipaparkan bahwa semenjak kepergian Rasulullah saw., Bilal hanya sanggup mengumandangkan azan selama tiga hari. Setiap hingga kepada kalimat, "Asyhadu anna muhammadan rasuulullaahi," ia eksklusif menangis tersedu-sedu. Begitu pula kaum Muslim yang mendengarnya, larut dalam tangisan pilu.

Kemudian, Bilal mendatangi Abu Bakar as-Sidiq, yang menggantikan posisi Rasulullah saw. sebagai pemimpin umat Islam, supaya dia diperkenankan untuk tidak mengumandangkan adzan lagi. Ia seakan tidak sanggup melakukannya. Permohonan itu pun dikabulkan Abu Bakar. Sejak dikala itu, Bilal tak pernah lagi menjadi muadzin bagi seseorang. Pernah Bilal melakukannya ketika Khalifah Umar mengunjunginya di Damaskus. Namun, itu pun hanya hingga kalimat, "Asyhadu anna Muhammadar Rasuluullaahi." Ia lagi-lagi menangis mengingat Rasulullah saw.. Bahkan, Umar pun turut menangis. Adzan yang dikumandangkan Bilal mengingatkan Umar ketika bersama-sama dengan Rasulullah saw, orang yang paling dicintainya.

Kini, sang muadzin Rasulullah saw. ini sudah berpulang semenjak 14 era silam, tepatnya tahun ke-20 H. Namun, namanya masih harum hingga kini. Bahkan, di sejumlah masjid di Indonesia, mungkin juga di negara lainnya, nama muadzin selalu tercantum dengan goresan pena bilal. Ini memperlihatkan sebagai penghormatan kepada sang muadzin Rasulullah, pengumandang adzan pertama di dunia. Semoga Allah menawarkan tempat yang mulia di sisi-Nya.

5. Langkah Sandalnya Bilal di Surga Sudah Terdengar Nabi

Nama Bilal memang kerap dikaitkan dengan adzan. Sebab, dia ialah orang pertama yang menjadi muadzin pada zaman Rasul saw.. Namun, kemuliaan Bilal tak hanya alasannya ialah adzannya, jejak langkah Bilal pernah didengar Rasulullah saw. di dalam surga. Sebuah penghargaan yang sangat tinggi bagi setiap orang yang beriman. Suatu hari, pada waktu Shubuh, Rasulullah saw. berbincang-bincang dengan Bilal bin Rabah. Rasul berkata,

"Wahai, Bilal, ceritakanlah kepadaku mengenai amalan yang menurutmu paling besar pahalanya, yang pernah kau kerjakan dalam Islam. Sesungguhnya, saya pernah mendengar bunyi telapak langkah (jalan)-mu di hadapanku di surga."

Bilal menjawab, "Wahai, Rasulullah, bahu-membahu saya tidak pernah mengerjakan amalan yang menurutku besar pahalanya, tapi saya tidak wudhu pada waktu malam dan siang, melainkan saya akan menunaikan shalat yang diwajibkan bagiku untuk mengerjakannya."
Jadi, setiap selesai melaksanakan wudhu, Bilal senantiasa melaksanakan shalat dua rakaat, yakni shalat sunat wudhu. Perbuatan itu senantiasa dilakukannya dalam setiap kesempatan. Selain itu, ia juga termasuk orang yang senantiasa memelihara (dawam) wudhu, yakni setiap batal, dia akan eksklusif berwudhu.

Semasa hidupnya, Bilal tercatat meriwayatkan 44 hadits dari Rasulullah saw, Di antaranya, Rasulullah bersabda, "Hendaklah kalian menunaikan shalat malam (tahajud) alasannya ialah shalat malam ialah tradisi (kebiasaan) orang-orang shaleh sebelum kalian. Sesungguhnya, shalat malam ialah amalan yang sanggup mendekatkan diri kepada Allah, sanggup mencegah dari perbuatan dosa, mengampuni dosa-dosa kecil, dan menghilangkan penyakit dari badan.[1]."

Selain sebagai mudazin, Bilal juga pernah menjabat sebagai bendahara Rasulullah di baitul mal. Ia tidak pernah bolos mengikuti semua peperangan bersama Rasulullah. Tentang Bilal, Rasulullah saw. mengatakan, "Bilal ialah seorang penunggang kuda yang hebat dari kalangan Habasyah." [2].

Bilal meninggal dunia di Damaskus pada 20 H. Jasadnya dimakamkan di sana. Namun, ada riwayat yang menyebutkan bahwa jasad Bilal dimakamkan di wilayah Halb.
Semoga bermanfaat.

                         ﺳُﺒْﺤَﺎﻧَﻚَ ﺍﻟﻠَّﻬُﻢَّ ﻭَﺑِﺤَﻤْﺪِﻙَ ﺃَﺷْﻬَﺪُ ﺃَﻥْ ﻻَ ﺇِﻟﻪَ ﺇِﻻَّ ﺃَﻧْﺖَ ﺃَﺳْﺘَﻐْﻔِﺮُﻙَ ﻭَﺃَﺗُﻮْﺏُ ﺇِﻟَﻴْﻚ                        

“Maha suci Engkau ya Allah, dan segala puji bagi-Mu. Aku bersaksi bahwa tiada Tuhan melainkan Engkau. Aku mohon ampun dan bertaubat kepada-Mu.”



Sekian dulu sobat sedikit berbagi perihal Biografi Kisah Bilal Muadzdzin Rasul yang Pertama Mengumandangkan Adzan ini, semoga bermanfaat untuk kita semua.
Sumber:
www.republika.co.id
***
[1]. (HR Tirmidzi).
[2]. (HR Ibnu Abi Syaibah dan Ibn Asakir).

Post a Comment for "Kisah Bilal Bin Rabah Muadzdzin Rasul Lengkap"