Skip to content Skip to sidebar Skip to footer

Biografi Imam Syafi'i, Mujtahid Yang Hafal Al-Qur'an Semenjak Umur Tujuh Tahun

Biografi Imam Syafi'i, Mujtahid Yang Hafal Al-Qur'an Sejak Umur Tujuh Tahun. Imam Syafi'i yakni salah satu dari Imam madzhab yang empat di samping Abu Hanifah, Malik, Ahmad bin Hanbal. Pendiri madzhab Syafi'i dalam fiqih (syariah) Islam, pendiri dan penggagas ilmu ushul fiqih. 

 yakni salah satu dari Imam madzhab yang empat di samping Abu  Hanifah Biografi Imam Syafi'i, Mujtahid Yang Hafal Al-Qur'an Sejak Umur Tujuh Tahun
 

بِسْــــــــــــــــمِ اﷲِالرَّحْمَنِ اارَّحِيم
 

Ia juga Imam di bidang ilmu tafsir dan ilmu hadits. Ia pernah menjabat sebagai Qadhi (Hakim) dan dikenal dengan keadilan dan kecerdasannya. Di samping ilmu agama, ia juga dikenal sebagai  jago di bidang sastra Arab. ia termasuk dalam Bani Muththalib, yaitu keturunan dari al-Muththalib, saudara dari Hasyim, yang merupakan kakek Muhammad. Saat usia 20 tahun, Imam Syafi'i pergi ke Madinah untuk mencar ilmu kepada ulama besar ketika itu, Imam Malik. Dua tahun kemudian, ia juga pergi ke Irak, untuk mencar ilmu pada murid-murid Imam Hanafi di sana.
 


Kebanyakan jago sejarah beropini bahwa Imam Syafi'i lahir di Gaza, Palestina, namun di antara pendapat ini terdapat pula yang menyatakan bahwa dia lahir di Asqalan; sebuah kota yang berjarak sekitar tiga farsakh dari Gaza. Menurut para jago sejarah pula, Imam Syafi'i lahir pada tahun 150 H, yang mana pada tahun ini wafat pula seorang ulama besar Sunni yang berjulukan Imam Ahmad bin Hambal berkata, “Sesungguhnya Allah telah mentakdirkan pada setiap seratus tahun ada seseorang yang akan mengajarkan Sunnah dan akan menyingkirkan para pendusta terhadap Rasulullah shalallahu ‘alaihi wassalam. Kami beropini pada seratus tahun yang pertama Allah mentakdirkan Umar bin Abdul Aziz dan pada seratus tahun berikutnya Allah menakdirkan Imam Asy-Syafi`i.

Biografi Imam Syafi'i, Mujtahid Yang Hafal Al-Qur'an Sejak Umur Tujuh Tahun


1. Daftar Riwayat Hidup Imam Syafi'i


  • Nama lengkap: Abu Abdillah Muhammad bin Idris As-Syafi'i Al-Muttalibi Al-Qurashi.

  • Nama gelar kehormatan: Alimul Ashr, Nashirul Hadits, Imam Quraish, Al-Imam Al-Mujaddid, Faqihul Millah.

  • Tempat lahir: Gaza, Palestina. 
  • Tanggal lahir: tahun 767 M / 150 H.
  • Wafat: Akhir malam Rajab tahun 820 M / 204 H.
  • Tempat wafat: Kairo, Mesir.
  • Aliran Islam: Ahlussunnah Wal Jamaah.
  • Ayah: Idris bin Al-Abbas bin Utsman bin Syafi' bin As-Saib bin Ubaid bin Abdu Yazid bin Hasyim bin Al-Muttalib bin Abdu Manaf.
  • Ibu: Fatimah binti Abdullah Al-Uzdiyah.
  • Putra: Abu Utsman dan Abul Hasan.
  • Putri: Fatimah dan Zainab

2. Jejak Pencarian Ilmu Imam Syafi'i


Keadaan miskin. Imam Syafi`i semenjak kecil hidup dalam kemiskinan, pada waktu dia diserahkan ke kursi pendidikan, para pendidik tidak memperoleh upah dan mereka hanya terbatas pada pengajaran. Akan tetapi setiap kali seorang guru mengajarkan sesuatu pada murid-murid, terlihat Syafi`i kecil dengan ketajaman budi pikiran yang dimilikinya bisa menangkap semua perkataan serta klarifikasi gurunya. Setiap kali gurunya bangun untuk meninggalkan tempatnya, Syafi`i kecil mengajarkan kembali apa yang dia dengar dan dia pahami kepada bawah umur yang lain, sehingga dari apa yang dilakukan Syafi`i kecil ini mendapat upah. Sesudah usianya menginjak ke tujuh, Syafi`i telah berhasil menghafal al-Qur`an dengan baik. 

Menghafal hadits. Imam Syafi`i bercerita: “Saat kami menghatamkan al-Qur`an dan memasuki masjid, kami duduk di majelis para ulama. Kami berhasil menghafal beberapa hadits dan beberapa persoalan Fiqih. Pada waktu itu, rumah kami berada di Makkah. Kondisi kehidupan kami sangat miskin, dimana kami tidak mempunyai uang untuk membeli kertas, akan tetapi kami mengambil tulang-tulang sehingga sanggup kami gunakan untuk menulis.”

Mengaji di Masjidil Haram. Pada ketika menginjak usia tiga belas tahun, dia juga memperdengarkan bacaan al-Qur`an kepada orang-orang yang berada di Masjid al-Haram, dia mempunyai bunyi yang sangat merdu. 

Qari' yang mengagumkan. Suatu ketika Imam Hakim menceritakan hadits yang berasal dari riwayat Bahr bin Nashr, bahwa dia berkata: “Jika kami ingin menangis, kami menyampaikan kepada sesama teman “Pergilah kepada Syafi`i !” kalau kami telah hingga dihadapannya, dia memulai membuka dan membaca al-Qur`an sehingga insan yang ada di sekitarnya banyak yang berjatuhan di hadapannya karena kerasnya menangis. Kami terkagum-kagum dengan keindahan dan kemerduan suaranya, sedemikian tinggi dia memahami al-Qur`an sehingga sangat berkesan bagi para pendengarnya.

3. Guru-guru Imam Syafi`i.
 

1. Muslim bin Khalid al-Zanji, seorang Mufti Makkah pada tahun 180 H. yang bertepatan dengan tahun 796 M. dia yakni maula Bani Makhzum.
 

2. Sufyan bin Uyainah al-Hilali yang berada di Makkah, dia yakni salah seorang yang populer kejujuran dan keadilannya.
 

3. Ibrahim bin Yahya, salah satu ulama di Madinah.
 

4. Malik bin Anas, Imam Syafi`i pernah membaca kitab al-Muwatha` kepada Imam Malik sehabis dia menghafalnya diluar kepala, kemudian dia menetap di Madinah hingga Imam Malik wafat pada tahun 179 H. bertepatan dengan tahun 795 M.
 

5. Waki` bin Jarrah bin Malih al-Kufi.
6. Hammad bin Usamah al-Hasyimi al-Kufi.
7. Abdul Wahab bin Abdul Majid al-Bashri.

4. Pokok-Pokok Ajaran Imam Syafi'i


Beliau, hamba Allah yang paham ilmu agama, sangat berhati-hati dalam berijtihad, ia juga takut kalau seandainya perkataannya dianggap sebagai kesimpulan aturan yang mengalahkan hadits shahih yang menjadi referensi beliau. Beliau tidaklah minta diikuti, sebagaimana sebagian orang di jaman kini mengikuti ia secara fanatis tanpa mempelajari apa pokok-pokok pemikiran ia yang murni, yang tidak tercemar dengan budbahasa istiadat dan tambahan-tambahan dari orang-orang yang mengaku mengikutinya. Beliau menegaskan supaya umat "ittiba'" (mengikuti sesuatu alasannya yakni tahu dasar hukumnya) bukan "taklid" (mengikuti secara membabi buta). Berikut yakni perkataan ia yang dikutip darii banyak sekali sumber.
 

1.  Bermadzhab dengan sunnah Rasulullah; "Tidak ada seorangpun, kecuali dia harus bermadzab dengan Sunnah Rasulullah dan menyendiri dengannya. Walaupun saya mengucapkan satu ucapan dan mengasalkannya dari Rasulullah saw. yang bertentangan dengan ucapanku. Maka peganglah sabda Rasulullah Shallallahu alaihi wa sallam. Inilah ucapanku. ” (Tarikhu Damsyiq karya Ibnu Asakir,15/1/3).
 

2. Tidak meninggalkan sunnah Rasul alasannya yakni mengikuti perkataan seseorang. “Kaum muslimin telah setuju bahwa barang siapa yang telah terang baginya Sunnah Rasulullah saw., maka tidak halal baginya untuk meninggalkannya, hanya alasannya yakni mengikuti perkataan seseorang. “(Ibnul Qayyim, 2/361, dan Al-Fulani, hal. 68).
 

3. Mengambil sunnah Rasulullah saw. sebagai referensi utama. ”Apabila kau mendapat di dalam kitabku apa yang bertentangan dengan Sunnah Rasulullah saw., maka berkatalah dengan sunnah Rasulullah saw., dan tinggalkanlah apa yang saya katakan. ” (Al-Harawi di dalam Dzammul Kalam,3/47/1).
 

4. Hadits shahih yakni madzhab. ”Apabila Hadist itu Shahih, maka dia yakni madzhabku. ” (An-Nawawi di dalam AI-Majmu', Asy-Sya'rani,10/57).
 

5. Mengikuti hadits shahih dari mana pun datangnya. “Kamu (Imam Ahmad) lebih tahu dari padaku perihal hadist , dan orang¬-orangnya (Rijalull-Hadits). Apabila hadist itu shahih, maka ajarkanlah ia kepadaku apapun ia adanya, baik ia dari Kufah, Bashrah maupun dari Syam, sehingga apabila ia shahih, saya akan bermadzhab dengannya. ” ( Al-Khathib di dalam Al-Ihtijaj bisy-Syafi'I, 8/1).

6. Mencabut ijtihadnya kalau terbukti bertentangan dengan hadits shahih. "Setiap persoalan yang didalamnya terdapat kabar dari Rasulullah saw. yakni shahih …. dan bertentangan dengan apa yang saya katakan, maka saya meralatnya di dalam hidupku dan setelah saya mati. ” (Al-¬Harawi, 47/1).
 

7. Mengikuti hadits shahih yakni lebih utama. ”Apabila kau melihat saya menyampaikan suatu perkataan, sedangkan hadist Nabi yang bertentangan dengannya shahih, maka ketahuilah, bekerjsama akalku telah bermadzhab dengannya (Hadits Nabi). “(Al-Mutaqa, 234/1 karya Abu Hafash Al-Mu'addab).
 

8. Jangan mengikuti kalau perkatannya bertentangan dengan hadits shahih. "Setiap apa yang saya katakan, sedangkan dari Rasulullah Saw. terdapat hadist shahih yang bertentangan dengan perkataanku, maka hadits nabi yakni lebih utama. Olah alasannya yakni itu, janganlah kau mengikutiku. ” (ibnu Asakir, 15/9/2).

5. Kitab-Kitab Karya Imam Syafi'i

Muhammad bin Daud berkata, “Pada masa Imam Asy-Syafi`i, tidak pernah terdengar sedikitpun dia bicara perihal hawa, tidak juga dinisbatkan kepadanya dan tidak dikenal darinya, bahkan dia benci kepada Ahlil Kalam (maksudnya yakni golongan Ahwiyyah atau pengikut hawa nafsu yang juga digelari sebagai Ahlul-Ahwa’ menyerupai al-Mujassimah, al-Mu'tazilah, Jabbariyyah dan yang sebagainya) dan Ahlil Bid’ah.” Dia bicara perihal Ahlil Bid’ah, seorang tokoh Jahmiyah, Ibrahim bin ‘Ulayyah, “Sesungguhnya Ibrahim bin ‘Ulayyah sesat.” Imam Asy-Syafi`i juga mengatakan, “Menurutku, eksekusi ahlil kalam dipukul dengan pelepah pohon kurma dan ditarik dengan unta kemudian diarak keliling kampung seraya diteriaki, “Ini akhir orang yang meninggalkan kitab dan sunnah, dan beralih kepada ilmu kalam (ilmu falsafah dan budi yang dipakai oleh golongan Ahwiyyah)”

Biografi Imam Syafi'i - Karya Besar Imam Syafi’i


Imam Syafi’i telah menghasilkan beberapa karya tulis, di antaranya:

1- Kitab Al Umm yang dikumpulkan oleh murid beliau, Ar Rabi’ bin Sulaiman.

2- Kitab Ikhtilaful Hadits.

3- Kitab Ar Risalah, awal kitab yang membahas Ushul Fiqh.
Dia mewariskan kepada generasi berikutnya sebagaimana yang diwariskan oleh para nabi, yakni ilmu yang bermanfaat. Ilmu dia banyak diriwayatkan oleh para murid- muridnya dan tersimpan rapi dalam banyak sekali disiplin ilmu. Bahkan dia pencetus dalam menulis di bidang ilmu Ushul Fiqih, dengan karyanya yang monumental Risalah. Dan dalam bidang fiqih, dia menulis kitab Al-Umm yang dikenal oleh semua orang, awamnya dan alimnya. Juga dia menulis kitab Jima’ul Ilmi. Kitab “Al Hujjah” yang merupakan madzhab usang diriwayatkan oleh empat imam Irak; Ahmad bin Hanbal, Abu Tsaur, Za’farani, Al Karabisyi dari Imam Syafi’i.
Dalam persoalan Al-Qur’an, dia Imam Asy-Syafi`i mengatakan, “Al-Qur’an yakni Qalamullah, barangsiapa menyampaikan bahwa Al-Qur’an yakni makhluk maka dia telah kafir.”

ٱتَّبِعُواْ مَآ أُنزِلَ إِلَيۡكُم مِّن رَّبِّكُمۡ وَلَا تَتَّبِعُواْ مِن دُونِهِۦۤ أَوۡلِيَآءَ‌ۗ قَلِيلاً۬ مَّا تَذَكَّرُونَ

“Ikutilah apa yang diturunkan kepadamu dari Tuhanmu dan janganlah kau mengikuti pemimpin-pemimpin selainnya. Amat sedikitlah kau mengambil pelajaran (dari padanya)”. (QS. Al-'Araf :3).
Kiranya akan sangat bermanfaat bagi kita untuk mendengar perkataan para Imam madzhab yang empat (Madzhab Hanafi, Madzhab Maliki, Madzhab Syafi',i dan Madzhab Hambali), Agar kita selalu mengikuti Sunnah dan meninggalkan perkataan serta pendapat-pendapat yang menyelisihi Sunnah walaupun bersumber dari mereka sendiri (Para Imam Madzhab).
Sebarkan !!! insyaallah bermanfaat.

                      ﺳُﺒْﺤَﺎﻧَﻚَ ﺍﻟﻠَّﻬُﻢَّ ﻭَﺑِﺤَﻤْﺪِﻙَ ﺃَﺷْﻬَﺪُ ﺃَﻥْ ﻻَ ﺇِﻟﻪَ ﺇِﻻَّ ﺃَﻧْﺖَ ﺃَﺳْﺘَﻐْﻔِﺮُﻙَ ﻭَﺃَﺗُﻮْﺏُ ﺇِﻟَﻴْﻚ                                

“Maha suci Engkau ya Allah, dan segala puji bagi-Mu. Aku bersaksi bahwa tiada Tuhan melainkan Engkau. Aku mohon ampun dan bertaubat kepada-Mu.”
 

Sekian dulu sobat sedikit mengembangkan perihal Biografi Imam Syafi'i, Mujtahid Yang Hafal Al-Qur'an Sejak Umur Tujuh Tahun ini, semoga bermanfaat dan memberkahi kita semuaa.

Sumber:

https://caraternak-ikan.blogspot.com//search?q=biografi-imam-syafii-mujtahid-yang<
http://id.wikipedia.org/wiki/Imam_Asy-Syafi'i
Dokumentasi  pribadi

Post a Comment for "Biografi Imam Syafi'i, Mujtahid Yang Hafal Al-Qur'an Semenjak Umur Tujuh Tahun"