Budidaya Artemia Pakan Alami Burayak Ikan
Budidaya Artemia Infoikan.com Artemia atau “brine shrimp” yaitu sejenis udang – udangan primitif yang termasuk dalam filum Arthropoda, kelas Crustacea, subkelas Branchiopoda, ordo Anostraca, familia Artemiidae, ini merupakan penjabaran artemia.
Beberapa jenis artemia seperti, artemia franciscana, A. tunisiana, A. urmiana, A. persimilis, A. monica, A.odessensis, A. partenogenetica.
Oleh lantaran itu, semoga kita tidak menjadi gundah sendiri, lebih baik kita namakan artemia begitu saja, tak usah ada embel – embelnya.
Hal ini untuk memudahkan Anda dalam melaksanakan budidaya artemia pakan burayak ikan alami yang gampang diingat dan kita sebut.
Artemia hidup planktonic di perairan yang berkadar garam tinggi (antara 15 – 300 permil). Suhu yang dikehendaki berkisar 25 – 30 derajat C, oksigen terlarut sekitar 3 mg/l, dan pH antara 7,3 – 8,4.
Sebagai plankton, artemia tidak dipertahankan diri terhadap pemangsaan musuh – musuhnya, lantaran tidak memiliki alat atapun cara untuk membela diri.
Satu – satunya cara untuk membela diri dari musuhnya yaitu anugrah alam yang berupa lingkungan hidup berkadar garam tinggi. Sebab pada kadar tinggi mangsanya tidak sanggup hidup lagi.
Ukuran Artemia
Artemia cerdik balig cukup akal sanggup mencapai panjang antara 1 – 2 cm dengan berat tubuh sekitar 10 mg. Anaknya yang gres menetas (nauplis instar I) panjangnya sekitar 0,44 mm, dengan berat 15 mikrogram.
Untuk nauplis instar II panjangnya 0,6 mm. Sedangkan nauplis instar III sudah panjang 0,7 mm. Telur yang masih bercakang bergaris tengah sekitar 300 mikron, dengan berat 3,65 mikrogram.
Sedangkan telur yang telah didekapsulasi (dibuang cakangnya) garis tengahnya sekitar 210 mikron.
Makanan Artemia
Secara alami, masakan artemia terdiri dari detritus materi organic (sisa – sisa jasad hidup yang sedang menghancur), gangang – ganggang renik (ganggang hijau, ganggang biru, Diatomae), bakteri, dan cendawan (ragi laut).
Beberapa jenis ganggang hijau yang sering dimakan antara lain Scenedesmus, Ankistrodesmus, Crucigenia, Oocystis, Phacotus, Cladophora, Dunaliella, dan trachelomonas.
Dari ganggang biru antara lain yaitu Oscillatoria. Sedangkan dari golongan Diatomae antara lain Nitzschia, Thalassionema, Amphora, dan Navicula. Selain itu, artemia juga suka makan ragi maritim (rhodotorula).
Artemia hanya sanggup menelan masakan yang kecil – kecil, yang ukuran 50 mikron ke bawah. Apabila lebih besar dari itu, artemia tidak sanggup menelannya, lantaran cara menelannya eksklusif bundar – bulat.
Makanan yang akan di telan itu dikumpulkan dulu ke depan mulutnya dengan jalan menggerak – gerakkan kakinya.
Arus air yang ditimbulkan oleh gerakan kaki itu akan membawa masakan kea rah mulut, sehingga artemia tinggal menelan saja.
Selain untuk mengambil makanan, kakinya berfungsi juga sebagai alat bergerak dan bernafas. Inilah yang harus Anda ketahui sebelum melaksanakan budidaya artemia semoga berhasil bik dalam botol maupun galon dan ember.
Jenis Artemia dan Pertumbuhan di Alam Bebas
Artemia mulai cerdik balig cukup akal pada umur sekitar 2 minggu. Berdasarkan cara perkembangbiakannya, kita mengenal 2 golongan artemia, yaitu jenis biseksual dan jenis pertenogenetik.
Jenis biseksual sanggup berkembang biak secara parthenogenesis. Demikian pula sebaliknya, jenis partenogenetik tidak sanggup bekembang biak secara biseksual.
Perkembangbiakan pada jenis biseksual melalui proses perkawinan antara induk betina dan induk jantan. Sedangkan pada jenis partenogenetik tidak ada perkawinan, lantaran memang tidak pernah ada jantannya.
Jadi betina akan beranak dengan sendirinya tanpa kawin. Seandainya betina partenogenetik itu kita jodohkan dengan pejantan biseksual, betina itu akan tak akan mau kawin.
Perkembangbiakan Artemia
Artemia cerdik balig cukup akal sanggup hidup hingga 6 bulan. Sementara itu induk – induk betinanya akan beranak atau bertelur setiap 4 – 5 hari sekali.
Setiap kali sanggup dihasilkan 50 – 300 ekor anak atau 50 – 300 butir telur. Anak – anak artemia sudah menjadi cerdik balig cukup akal sesudah berumur 14 hari.
Oleh lantaran itu, apabila keadaan lingkungan cukup baik, budidaya artemia akan berkembang biak secara cepat melalui ovoviviparitas (melahirkan anak). Dengan demikian jumlahnya akan bertambah banyak.
Apabila keadaan lingkungan memburuk, maka individu – individu betina cerdik balig cukup akal yang jumlahnya sudah banyak itu segera akan banting stir untuk beramai – ramai berkembang biak mengeluarkan telur.
Setelah sempat meninggalkan sejumlah telur dan keadaan lingkungannya semakin gawat, maka artemia rela untuk mati.
Tapi jnis artemia tidak akan punah, lantaran apabila keadaan lingkungannya nanti sudah baik kembali, telur – telur akan menetas menjdi individu yang akan melanjutkan tugasnya sebagai penerus generasi.
Pembibitan Artemia
Untuk mendapat bibit melaksanakan budidaya artemia, kita sanggup membeli telur kering yng sudah diawetkan di dalam kaleng.
Dalam hal ini kita sanggup berafiliasi dengan Dinas Perikanan Setempat, untuk mendapat keterangan seperlunya.
Di Jakarta sendiri sudaah ada penjual telur artemia, yaitu PT Ulam Dedana, dengan alamat Jl.Hayam Wuruk No. 4-p X, telepon 352922 – 357563. Disini sudah ada harga telur artemia dan juga artemia kaleng.
Apabila kita telah mendapat telurnya, maka untuk mendapat bibitnya, telur – telur itu perlu kita teteskan lebih dulu secara khusus. Anaknya gres menetas yang kita namakan burayak atau nauplis.
Untuk menetaskan telur artemia, kita memerlukan wadah yang bening dengan dasar berbentuk kerucut.
Sedangkan ukurannya sanggup bermacam – macam, mulai dari kapasitas 3 – 75 I. Salah satu jenis wadah yang sanggup kita buat sendiri dengan gampang yaitu dari kantong plastic dengan ukuran 3 – 5 l.
Pembuatannya kita kerjakan dengan strika untuk meletakkannya. Agar pastik tidak gosong, kita beri lapisan kertas plastic beling (solvent paper).
Sebagai air media, kita sanggup gunakan air maritim biasa (kadar garam kurang lebih 30 ml).
Tapi untuk mencapai hasil penetasan yang lebih baik, kita perlu memakai air berkadar garam 5 mil. Ini sanggup kita buat dengan mengencerkan air maritim biasa dengan air biasa.
Agar pH air maritim yang kita encerkan itu tidak turun, tapi tetap 8 – 9, maka perlu kita campuri NaHC3 sebanyak 2 g/l.
Selain air maritim yang kita encerkan, untuk mendapat air media penetasan berkadar garam 5 permil itu kita pun sanggup membuatnya secara tiruan.
Untuk itu, kita larutkan beberapa macam materi kimia ke dalam air tawar.
Budidaya Artemia - Masa Pembesara
Dalam waktu 24 36 jam sesudah memasukkan telur, biasanya telur – telur itu sudah menetas menjadi anak artemia yang kita namakan burayak (nauplius).
Selagi burayak masih belum perlu makan (kurang dari 24 jam sudah menetas), harus segera kita tangkap.
Sebelum penangkapan kita mulai, pengudaraannya kita matika dulu. Kemudian serpihan atas wadah penetasan kita tutup dengan kain atau plastic hitam.
Sedangkan serpihan bawahnya kita sinari. Setelah itu kita tunggu antara 5 – 10 menit.
Dengan cara demikian, maka cangkang telurnya yang telah kosong akan mengapung ke permukaan, sedangkan anak artemia akan mengumpul di serpihan bawah, lantaran tertarik pada cahaya.
Selanjutnya anak artemia tersebut kita sedot dengan slang plastik kecil dan kita tampung dengan saringan 125 mikron.
Setelah habis tersedot kemudian kita basuh dengan air higienis hingga kotoran – kotorannya hilang semua. Anak artemia yang sudah higienis itulah kemudian kita gunakan sebagai bibit budidaya massal.
Bibit yang kita pilih sanggup memakai burayak tingkat nauplius instar l, yang masih belum perlu makan. Jumlah padat penebaran antara 1.000 – 3.000 ekor/l.
Penebaran tersebut kita lekukan menjelang senja, semoga tidak terjadi kejutan lantaran kenaikan suhu yang menyolok.
Makanan yang kita berikan cukup katul padi (dedak halus). Selain itu, sanggup juga berikan tepung terigu, tepung beras, ragi roti, ragi bir, ragi laut, dedak gandum, tepung kedelai, dan tepung ganggang.
Ukuran butiran katul yang kita gunakan harus lebih kecil dari 50 mikron. Apabila lebih besar dari itu, artemia tidak sanggup menelannya.
Untuk menghaluskan dedak tersebut, kita sanggup memakai blender (alat untuk menciptakan es jus).
Dedak tersebut kita ayak dulu dengan saringan halus, kemudian kita larutkan dalam larutan garam (150 g garam dalam 1 l air).
Jumlah dedak yang kita larutkan sebanyak 50 – 150 g per l air garam.
Selanjutnya kita blender beberapa waktu lamanya, kemudian kita saring dengan kain saringan halus (mata saringan 50 mikron).
Demikian inilah beberapa tahap budidaya artemia pakan burayak ikan alami supaya cepat besar. Semoga bermanfaat untuk pencarian acuan Anda membuka perjuangan ternak ikan.
Beberapa jenis artemia seperti, artemia franciscana, A. tunisiana, A. urmiana, A. persimilis, A. monica, A.odessensis, A. partenogenetica.
Oleh lantaran itu, semoga kita tidak menjadi gundah sendiri, lebih baik kita namakan artemia begitu saja, tak usah ada embel – embelnya.
Hal ini untuk memudahkan Anda dalam melaksanakan budidaya artemia pakan burayak ikan alami yang gampang diingat dan kita sebut.
Langkah Budidaya Artemia Pakan Burayak Ikan Alami
Habitat Hidup Artemia di Alam BebasArtemia hidup planktonic di perairan yang berkadar garam tinggi (antara 15 – 300 permil). Suhu yang dikehendaki berkisar 25 – 30 derajat C, oksigen terlarut sekitar 3 mg/l, dan pH antara 7,3 – 8,4.
Sebagai plankton, artemia tidak dipertahankan diri terhadap pemangsaan musuh – musuhnya, lantaran tidak memiliki alat atapun cara untuk membela diri.
Satu – satunya cara untuk membela diri dari musuhnya yaitu anugrah alam yang berupa lingkungan hidup berkadar garam tinggi. Sebab pada kadar tinggi mangsanya tidak sanggup hidup lagi.
Ukuran Artemia
Artemia cerdik balig cukup akal sanggup mencapai panjang antara 1 – 2 cm dengan berat tubuh sekitar 10 mg. Anaknya yang gres menetas (nauplis instar I) panjangnya sekitar 0,44 mm, dengan berat 15 mikrogram.
Untuk nauplis instar II panjangnya 0,6 mm. Sedangkan nauplis instar III sudah panjang 0,7 mm. Telur yang masih bercakang bergaris tengah sekitar 300 mikron, dengan berat 3,65 mikrogram.
Sedangkan telur yang telah didekapsulasi (dibuang cakangnya) garis tengahnya sekitar 210 mikron.
Makanan Artemia
Secara alami, masakan artemia terdiri dari detritus materi organic (sisa – sisa jasad hidup yang sedang menghancur), gangang – ganggang renik (ganggang hijau, ganggang biru, Diatomae), bakteri, dan cendawan (ragi laut).
Beberapa jenis ganggang hijau yang sering dimakan antara lain Scenedesmus, Ankistrodesmus, Crucigenia, Oocystis, Phacotus, Cladophora, Dunaliella, dan trachelomonas.
Dari ganggang biru antara lain yaitu Oscillatoria. Sedangkan dari golongan Diatomae antara lain Nitzschia, Thalassionema, Amphora, dan Navicula. Selain itu, artemia juga suka makan ragi maritim (rhodotorula).
Artemia hanya sanggup menelan masakan yang kecil – kecil, yang ukuran 50 mikron ke bawah. Apabila lebih besar dari itu, artemia tidak sanggup menelannya, lantaran cara menelannya eksklusif bundar – bulat.
Makanan yang akan di telan itu dikumpulkan dulu ke depan mulutnya dengan jalan menggerak – gerakkan kakinya.
Arus air yang ditimbulkan oleh gerakan kaki itu akan membawa masakan kea rah mulut, sehingga artemia tinggal menelan saja.
Selain untuk mengambil makanan, kakinya berfungsi juga sebagai alat bergerak dan bernafas. Inilah yang harus Anda ketahui sebelum melaksanakan budidaya artemia semoga berhasil bik dalam botol maupun galon dan ember.
Jenis Artemia dan Pertumbuhan di Alam Bebas
Artemia mulai cerdik balig cukup akal pada umur sekitar 2 minggu. Berdasarkan cara perkembangbiakannya, kita mengenal 2 golongan artemia, yaitu jenis biseksual dan jenis pertenogenetik.
Jenis biseksual sanggup berkembang biak secara parthenogenesis. Demikian pula sebaliknya, jenis partenogenetik tidak sanggup bekembang biak secara biseksual.
Perkembangbiakan pada jenis biseksual melalui proses perkawinan antara induk betina dan induk jantan. Sedangkan pada jenis partenogenetik tidak ada perkawinan, lantaran memang tidak pernah ada jantannya.
Jadi betina akan beranak dengan sendirinya tanpa kawin. Seandainya betina partenogenetik itu kita jodohkan dengan pejantan biseksual, betina itu akan tak akan mau kawin.
Perkembangbiakan Artemia
Artemia cerdik balig cukup akal sanggup hidup hingga 6 bulan. Sementara itu induk – induk betinanya akan beranak atau bertelur setiap 4 – 5 hari sekali.
Setiap kali sanggup dihasilkan 50 – 300 ekor anak atau 50 – 300 butir telur. Anak – anak artemia sudah menjadi cerdik balig cukup akal sesudah berumur 14 hari.
Oleh lantaran itu, apabila keadaan lingkungan cukup baik, budidaya artemia akan berkembang biak secara cepat melalui ovoviviparitas (melahirkan anak). Dengan demikian jumlahnya akan bertambah banyak.
Apabila keadaan lingkungan memburuk, maka individu – individu betina cerdik balig cukup akal yang jumlahnya sudah banyak itu segera akan banting stir untuk beramai – ramai berkembang biak mengeluarkan telur.
Setelah sempat meninggalkan sejumlah telur dan keadaan lingkungannya semakin gawat, maka artemia rela untuk mati.
Tapi jnis artemia tidak akan punah, lantaran apabila keadaan lingkungannya nanti sudah baik kembali, telur – telur akan menetas menjdi individu yang akan melanjutkan tugasnya sebagai penerus generasi.
Pembibitan Artemia
Untuk mendapat bibit melaksanakan budidaya artemia, kita sanggup membeli telur kering yng sudah diawetkan di dalam kaleng.
Dalam hal ini kita sanggup berafiliasi dengan Dinas Perikanan Setempat, untuk mendapat keterangan seperlunya.
Di Jakarta sendiri sudaah ada penjual telur artemia, yaitu PT Ulam Dedana, dengan alamat Jl.Hayam Wuruk No. 4-p X, telepon 352922 – 357563. Disini sudah ada harga telur artemia dan juga artemia kaleng.
Apabila kita telah mendapat telurnya, maka untuk mendapat bibitnya, telur – telur itu perlu kita teteskan lebih dulu secara khusus. Anaknya gres menetas yang kita namakan burayak atau nauplis.
Untuk menetaskan telur artemia, kita memerlukan wadah yang bening dengan dasar berbentuk kerucut.
Sedangkan ukurannya sanggup bermacam – macam, mulai dari kapasitas 3 – 75 I. Salah satu jenis wadah yang sanggup kita buat sendiri dengan gampang yaitu dari kantong plastic dengan ukuran 3 – 5 l.
Pembuatannya kita kerjakan dengan strika untuk meletakkannya. Agar pastik tidak gosong, kita beri lapisan kertas plastic beling (solvent paper).
Sebagai air media, kita sanggup gunakan air maritim biasa (kadar garam kurang lebih 30 ml).
Tapi untuk mencapai hasil penetasan yang lebih baik, kita perlu memakai air berkadar garam 5 mil. Ini sanggup kita buat dengan mengencerkan air maritim biasa dengan air biasa.
Agar pH air maritim yang kita encerkan itu tidak turun, tapi tetap 8 – 9, maka perlu kita campuri NaHC3 sebanyak 2 g/l.
Selain air maritim yang kita encerkan, untuk mendapat air media penetasan berkadar garam 5 permil itu kita pun sanggup membuatnya secara tiruan.
Untuk itu, kita larutkan beberapa macam materi kimia ke dalam air tawar.
Budidaya Artemia - Masa Pembesara
Dalam waktu 24 36 jam sesudah memasukkan telur, biasanya telur – telur itu sudah menetas menjadi anak artemia yang kita namakan burayak (nauplius).
Selagi burayak masih belum perlu makan (kurang dari 24 jam sudah menetas), harus segera kita tangkap.
Sebelum penangkapan kita mulai, pengudaraannya kita matika dulu. Kemudian serpihan atas wadah penetasan kita tutup dengan kain atau plastic hitam.
Sedangkan serpihan bawahnya kita sinari. Setelah itu kita tunggu antara 5 – 10 menit.
Dengan cara demikian, maka cangkang telurnya yang telah kosong akan mengapung ke permukaan, sedangkan anak artemia akan mengumpul di serpihan bawah, lantaran tertarik pada cahaya.
Selanjutnya anak artemia tersebut kita sedot dengan slang plastik kecil dan kita tampung dengan saringan 125 mikron.
Setelah habis tersedot kemudian kita basuh dengan air higienis hingga kotoran – kotorannya hilang semua. Anak artemia yang sudah higienis itulah kemudian kita gunakan sebagai bibit budidaya massal.
Pemeliharaan Pembesaran Artemia
Setelah usai melaksanakan budidaya artemia yang menghasilkan bibit, selanjutnya yaitu pemeliharaan pembesaran.Bibit yang kita pilih sanggup memakai burayak tingkat nauplius instar l, yang masih belum perlu makan. Jumlah padat penebaran antara 1.000 – 3.000 ekor/l.
Penebaran tersebut kita lekukan menjelang senja, semoga tidak terjadi kejutan lantaran kenaikan suhu yang menyolok.
Makanan yang kita berikan cukup katul padi (dedak halus). Selain itu, sanggup juga berikan tepung terigu, tepung beras, ragi roti, ragi bir, ragi laut, dedak gandum, tepung kedelai, dan tepung ganggang.
Ukuran butiran katul yang kita gunakan harus lebih kecil dari 50 mikron. Apabila lebih besar dari itu, artemia tidak sanggup menelannya.
Untuk menghaluskan dedak tersebut, kita sanggup memakai blender (alat untuk menciptakan es jus).
Dedak tersebut kita ayak dulu dengan saringan halus, kemudian kita larutkan dalam larutan garam (150 g garam dalam 1 l air).
Jumlah dedak yang kita larutkan sebanyak 50 – 150 g per l air garam.
Selanjutnya kita blender beberapa waktu lamanya, kemudian kita saring dengan kain saringan halus (mata saringan 50 mikron).
Demikian inilah beberapa tahap budidaya artemia pakan burayak ikan alami supaya cepat besar. Semoga bermanfaat untuk pencarian acuan Anda membuka perjuangan ternak ikan.
Post a Comment for "Budidaya Artemia Pakan Alami Burayak Ikan"